Menganalisis puisi, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dari puisi yang berjudul “SENDU” Karya Ulfi Purnama Septya Ningsih
1. Unsur intrinsik
a. Tema = sedih
“perih yang mendalam enggan berhenti”
b. Suasana = hati yang sedih
“semangatku tak ada mendampingi”
c. Imaji
– Citraan penglihatan = “rapuh seperti tak punya arahan”
– Citraan gerak = “bayangan mu pun mulai hilang dari ingatan”
– Citraan intelektual = “rapuh”
d. Simbol
– “semua menjadi khayalan” melambangkan tidak nyata, semua yang terjadi sudah tidak terjadi lagi
– “rapuh seperti tak punya arahan” melambangkan tidak kuat lagi untuk menjalankan semuanya
– “mimpi-mimpi yang kuciptakan musnah” melambangkan hancur hingga tak ada sisa nya
– “tak ada candaan” melambangkan kebahagiaan
– “hanya kenangan suram yang ada di ingatan” melambangkan buruk
– “karena pergi bersama pelangi” melambangkan keindahan
– “perih yang mendalam enggan berhenti” melambangkan sakit
– “membuatku merasa tersisih” melambangkamterbedakan dengan yang lain
e. Musikalitas
– Nada melankolik = nada murung yang menggambarkan suasana hati yang sedih
“hanya kenangan suram yang ada di ingatan”
“semangatku tak ada mendampingi”
“sakit sungguh sakit”
“perih yang mendalam enggan berhenti”
“membuatku merasa terisisih”
f. Gaya bahasa
– Majas likotes = merendahkan diri
“membuatku tak memiliki ingatan”
“semangatku tak ada mendampingi”
g. Amanat = jangan terlalu percaya kepada seseorang yang belum dikenal dengan baik, jika kita dalam keadaan sedih, sebaik nya bercerita kepada orang yang dapat kita percaya
2. Unsur ekstrinsik
a. Unsur biografi = latar belakang pengarang
Pengarang berasal dari keluarga yang berada maka puisinya juga menyentuh hati pembaca yang terbawa dari latar belakang penulis
b. Unsur sosial = erat kaitannya dengan suasana hati ketika puisi itu dibuat
Seseorang tidak peduli terhadap orang yang disakitinya, maka dari itu penulis membuat pembaca nya sadar bahwa jangan lah menyakiti hati seseorang karena kita sesama ciptaan tuhan
Menganalisis puisi
Sendu
Ulfi Purnama Septya Ningsih
“bayangan mu pun mulai hilang dari ingatan, membuatku tak memiliki ingatan” = bayangan orang yang menyakiti hati penulis sudah mulai hilang dari ingatan penulis yang membuat penulis tidak lagi memiliki ingatan tentang orang yang menyakitinya itu
“semua menjadi khayalan, rapuh seperti tak punya arahan” = semua yang sudah ada dulu, sekarang hanya menjadi bayangan yang tidak nyata
“mimpi-mimpi yang kuciptakan musnah, hilang bersama indah nya kebersamaan” = mimpi-mimpi yang sudah di ciptakan penulis selama ini hancur, hilang bersama indahnya kebersamaan yang sudah di lewatinya
“tak ada candaan, tak ada salam perpisahan” = tak ada kebahagiaan, pada saat ada perpisahan pun tidak ada salam perpisahan
“hanya kenangan suram yang ada di ingatan” = hanya ada kenangan buruk yang ada di ingatan si penulis
“semangatku tak ada mendampingi, karena pergi bersama pelangi” = hingga semangat si penulis pun tidak ada yang mendampingi, karena pergi bersama keindahan baru, kebahagiaan baru
“pelangi yang selalu menghiasi, sampai ku tak ada di sisi” = kebahagiaan baru yang selalu menghiasi sampai penulis pun tak ada di posisi yang Sseharusnya ia berada
“perih yang mendalam enggan berhenti, membuatku merasa tersisih” = sakit yang mendalam tak ada henti di dalam hati penulis yang membuat penulis merasa terpisahkan dengan yang lainnya