Melarikan Diri
Seorang tua tengah menggembalakan keledainya di padang rumput, tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara musuh. “Cepat larinya,” teriak si tua itu pada si keledai, “jangan sampai mereka menangkap kita.” Tetapi si keledai tetap kalem berjalan. “Katakan,” ujar si keledai, “jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa beban dobel?” “Kukira tidak,” jawab si tua. “Lalu apa peduliku dengan siapa yang akan kulayani? Toh bebanku sama saja.” Si tua pun berlari meninggalkan keledai.
Pembahasan
• Struktur teks
Abstraksi : Seorang tua tengah menggembalakan keledainya di padang rumput
Orientasi : tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan beberapa tentara musuh.
Krisis : “Cepat larinya,” teriak si tua itu pada si keledai, “jangan sampai mereka menangkap kita.” Tetapi si keledai tetap kalem berjalan
Reaksi : “Katakan,” ujar si keledai, “jika jatuh ke tangan musuh apa aku harus membawa beban dobel?” “Kukira tidak,” jawab si tua
Koda : Si tua pun berlari meninggalkan keledai
Ciri Kebahagiaan:
• Konjungsi yang digunakan: tiba-tiba dan tetapi.
• Kalimat yang mengandung unsur lucu/jengkel adalah kalimat “Tetapi si keledai tetap kalem berjalan”.
• Teks tersebut .menyindir rakyat yang tidak peduli terhadap siapa pemimimpinnya karena tidak akan mengubah nasibnya.
• Dari sindiran tersebut, bisa ditarik sebuah amanah yaitu pedulilah terhadap pemimpin karena pemimpinlah yang akan menentukan kebijakan pemerintah (termasuk kebijakan yang akan mengubah nasib rakyatnya)