Hanyalah Debu
Karya Erik Setiawan
Lama sudah rinai di nanti
Bumi menangis tak henti-henti
Hujan tak juga menghampiri,
melainkan terik sepanjang hari.
Hadirku tak diharapkan,
karena ku tak sempurna
bila dipandang sebelah mata.
Dan terus halangi jalan
yang sengaja kulakukan
beriring sebuah perbedaan.
Aku hanyalah debu
mengikuti angin yang lalu,
walau diam terlebih dahulu
di dalam sunyinya kalbu.
Ini bukanlah salahku,
bukan juga salahmu.
aku datang sesuka hatiku
dan kembali bersama jiwaku
tapi, inilah aku.
Unsur Intrinsik Puisi
1. Tema : Hidup yang jauh dari kata sempurna
2. Rasa : sedih
3. Nada : Penulis menggunakan kata-kata yang menyentuh sehingga pembaca seolah-olah masuk kedalam suasan puisi tersebut.
4. Suasana : sedih
5. Imaji : menggunakan imaji visual (pengimajian dengan menggunakan kata-kata yang menggambarkan seolah-olah objek yang dicitrakan dapat dilihat).
contoh : “bila dipandang sebelah mata”
6. Diksi : pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu.
contoh :
“bumi menangis tak henti-henti” merupakan pengganti dari kata “hujan”.
“bila dipandang sebelah mata” merupakan pengganti dari kata “menilai dari luar”.
“aku hanyalah debu” merupakan pengganti dari kata “aku hanyalah manusia yang tidak sempurna dan tidak penting”.
“mengikuti angin yang lalu” merupakan pengganti dari kata “menjalani hidup”
“datang sesuka hatiku” merupakan pengganti dari kata kata “hidup”
“kembali bersama jiwaku” merupakan pengganti dari kata “mati”
7. Amanat :
– Jangan merasa rendah diri dengan orang lain.Karena setiap orang ada kelebihan dan ada kekurangan
– Jalanilah hidup dengan sebaik-baiknya dan ada takdir yang menentukan hidup kita.
–Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja atau memandang dari baik buruknya saja karena kedua hal tersebut pasti akan ditemui dalam setiap manusia.
Unsur Ekstrinsik Puisi
Yang mempengaruhi penulis saat menulis puisi :
1. Profesi (status) : Siswa di SMAN 1 Lubuk Alung
2. Agama : Islam