1 1. Hakikat sebuah anekdot yaitu sebuah teks yang bersifat sindiran, menghibur, melibatkan tokoh terkenal, memiliki pesan moral serta memberikan kesan lucu terhadap pembacanya.
2. Pengendara Motor
Suatu hari, di depan Polsek Lubuk Alung mengadakan razia kendaraan bermotor.
Lalu, ada seorang ayah yang ingin mengantar buah hatinya ke sekolah, terkena tilang oleh seorang polisi.
“ Hei, kamu, berhenti! ” Perintah dari polisi tersebut.
“ Ada apa, pak? ” Tanya sang ayah.
“Kamu bertanya ada apa? Kamu ingin hidup atau mati? Lihatlah, kamu tidak memiliki syarat-syarat untuk berkendara. Dan kamu akan saya tilang.” Jawab polisi tesebut dengan tegas.
“Tilang itu kan sejenis burung, pak. Dan syarat untuk berkendaraan itu kan harus memiliki kendaraan sendiri pak.” Jelas sang ayah.
“Kamu benar. Tapi masih ada syarat lain yang harus kamu penuhi. Seperti memiliki SIM, helm, dan yang lainnya. Kalau kamu tidak melengkapinya, silahkan tinggalkan motor kamu disini atau kamu akan saya bawa ke kantor polisi.” Ancam polisi tersebut.
“Kendaraan ini kan saya yang beli, kenapa bapak yang ambil?” Tanya sang ayah.
Polisi pun pingsan seketika mendengar jawaban sang ayah tersebut.
3.3. Stuktur teks
1. Abstrak adalah bagian teks yang berfungsi untuk menggambarkan tentang isi teks.
Contohnya : Suatu hari, di depan Polsek Lubuk Alung mengadakan razia kendaraan bermotor.
2. Orientasi adalah bagian teks yang menunjukkan awal peristiwa itu terjadi.
Contohnya: Ada seorang ayah yang ingin mengantar buah hatinya ke sekolah, terkena tilang oleh seorang polisi.
3. Krisis adalah bagian teks yang menjelaskan hal atau masalah yang unik atau tidak biasa yang terjadi pada tokoh atau partisipan.
Contohya: Hei, kamu, berhenti! Kamu akan saya tilang.
4. Reaksi adalah bagian teks yang menerangkan cara tokoh menyelesaikan masalah (yang muncul di bagian krisis).
Contohnya : Kendaraan ini kan saya yang beli. Kenapa bapak ambil?
5. Koda adalah bagian akhir dari cerita dan simpulan tentang kejadian yang dialami oleh tokoh yang diceritakan.
Contohnya: Polisi pun pingsan seketika mendengar jawaban sang ayah tersebut.
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Ciri kebahasaannya
1. Kata kias atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya.
Contohnya: Buah hati yang bermakna anak.
2. Kalimat sindiran.
Contohnya: Syarat untuk berkendaraan itu kan harus memiliki kendaraan sendiri pak.
3. Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Contohnya: Kamu ingin hidup atau mati?
4. Konjungsi adalah kata hubung.
Contohnya: Lalu.
5. Kalimat yang menyatakan nilai moral.
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
Contohnya tidak ada di dalam teks.
4. Mengonversi anekdot adalah mengubah anekdot ke dalam bentuk lain seperti drama atau puisi.
Mengevaluasi anekdot adalah memperbaiki teks anekdot berdasarkan cirri dan strukturnya.
2 5. Perbadaan teks anekdot dengan teks inspiratif.
1) Memiliki judul
2) Sistematis
3) Ise cerita bias muncul dari fenomena di masyarakat
4) Bentuk cerita tidak terlalu panjang
5) Pesan yang disampaikan secara implisit