RESENSI BUKU DAHLAN ISKAN FROM ZERO TO HERO
Oleh: Nesha Permata Rizki
Kelas: X IIS 2
IDENTITAS BUKU
a. Judul : Dahlan Iskan From Zero to Hero
b. Penulis : Yaris Setiabudi
c. Penerbit : Buku Pintar
d. Cetakan ke- : 3
e. Tahun terbit : tahun 2012
f. Jumlah halaman : 196
g. Jenis kelamin: Non fiksi
h. Negara : Indonesia
i. Bahasa : Indonesia
j. ISBN : 978-602-8931-65-6
IKHTISAR
Sebuah buku yang sangat menginspirasi dan mengajarkan kita tentang arti sebuah perjuangan dan kerja keras ini berisi tentang kisah perjuangan seorang anak miskin dari desa hingga menjadi orang sukses. Berasal dari keluarga miskin dan sering mengalami kesulitan bukanlah halangan bagi seorang Dahlan Iskan mengejar cita-citanya. Sekarang Dahlan Iskan menjadi pribadi yang sangat matang dan mapan . Pada tahun 1969, ia mengawali karir sebagai seorang jurnalis di Samarinda hingga merantau ke Surabaya dan pada tahun 1982 ia dipercaya memimpin Jawa Pos, perusahaan surat kabar yang hampir mati saat itu. Tapi dengan kegigihan Dahlan Iskan ditahun 1992, perusahaan itu bisa menjadi perusahaan surat kabar yang besar. Pada tahun 1993, Dahlan Iskan pensiun dari pemimpin redaksi dan pemimpin umum Jawa Pos. Tahun 1997 Dahlan berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya dan disusul di Jakarta pada tahun 2002 dan sekarang terdapat di hampir semua wilayah Indonesia.
Dahlan juga mempunyai seseorang yang setia menemaninya, Nafsiah Sabri, seorang istri dan ibu dari kedua anaknya, Azrul Ananda dan Isna Fitriana. Pada tahun 2007 Dahlan Iskan menjalani operasi transplatasi hati di Cina karena divonis mengidap penyakit kanker hati. Bukan halangan bagi Dahlan tentang masalah transplatasi hati ini, bahkan Dahlan tetap semangat dan optimis dalam menjalani hidup. Pada tahun 2009, Dahlan dipilih pemerintah menjadi Direktur Utama PLN menggantikan Direktur Utama lama, Fahmi Mochtar. Penggantian jabatan ini membuat banyak pro dan kontra dikarenakan Dahlan bukanlah orang asli dalam PLN. Saat itu Dahlan juga dihadapkan pada masalah yang sama, yaitu mengubah citra PLN yang dicap jelek oleh masyarakat harus menjadi perusahaan yang disukai oleh masyarakat. Dahlan dengan cara kepemimpinannya yang keras tanpa kompromi, jujur, pekerja keras, cepat dalam mengambil keputusan, dan kritis terhadap pemerintah tanpa menjadikan dirinya lawan pemerintah, PLN pada akhirnya mengalami perkembangan yang bagus. Bisa dibilang Dahlan adalah sosok yang terangi gelap PLN. Waktu kepemimpinan Dahlan Iskan sangatlah singkat yaitu hanya 2 tahun namun bermanfaat. Dahlan memimpin PLN dari tahun 2009–2011, dikarenakan pada tahun 2011 Dahlan mendapat tugas penting dari pemerintah.
Pada Oktober 2011, Dahlan kembali dipercayai oleh Presiden untuk memimpin 141 perusahaan negeri. Dahlan Iskan menjadi menteri BUMN menggantikan Mustofa Abubakar yang sakit . Seorang Jurnalistik yang naik jabatan dari Direktur Utama PLN dan naik lagi membawa jabatan yang lebih tinggi lagi, yaitu menteri. Dahlan Iskan menitikkan air mata ketika dia dilantik dan dipanggil menteri. Jabatan baru, tantangan baru, dan tugas baru dikehidupan Dahlan Iskan. Semua ide terbaik yang Dahlan punya ia sampaikan disetiap rapat agar BUMN Indonesia menjadi baik, tidak dipandang sebelah mata oleh negara-negara lain, dan kualitasnya mampu bersaing dengan negara lain .
KELEBIHAN
Buku ini memberi banyak sisi postif, mulai dari harus bekerja keras jika ingin menjadi orang sukses, pantang menyerah, layaknya Dahlan, bisa dipakai sebagai acuan dalam menjalani hidup.
Beberapa pelajaran berharga yang bisa kita petik dari buku ini adalah :
– Bahwa sebuah kesuksesan tidak diperoleh secara instan. Kita harus melalui serangkaian perjuangan yang tak mudah, perlu kerja keras dan semangat tak kenal menyerah.
– Sebuah kesederhanaan akan membawa seseorang kepada kehidupan yang mulia, karena kesederhanaan bermanfaat dalam menyeimbangkan energi positif dan negatif dalam diri kita sehingga kita bisa fokus dalam menjalankan sesuatu.
KEKURANGAN
Terdapat banyak kata yang disingkat, seperti Dirut = Direktur Utama. Terdapat kata yang kurang sopan, seperti ‘Goblok’.