resensi buku non fiksi

 

Ya Allah, Siapa Jodohku?

 

Judul

Ya Allah, Siapa Jodohku?  

No. ISBN

9786020207193

Penulis

Ahmad Rifai Rifan

Penerbit

Quanta 

Tanggal terbit

Maret – 2013

Jumlah Halaman

Berat Buku

Jenis Cover

Soft Cover

Dimensi(L x P)

Kategori

Motivasi

 

 

Jodoh emang Tuhan yang nentuin, tapi untuk mendapatkannya, kita diminta untuk ikhtiar. Bukan dengan diam menanti.

Wanita yang dijamin masuk surga itu mengungkapkan cintanya. Seperti Khadijah yang mengagumi Muhammad.

Inilah janji Allah : orang baik akan dipertemukan dengan orang baik.

Kalau kita sudah dekat dengan Allah, surga aja dikasih. Apalagi cuma jodoh. Itu sangat mudah bagi Allah.

Rabbii laa tadzarnii fardan.. Tuhanku, jangan biarkan aku sendiri.

Muhammad-kan dirimu, agar Allah meng-Khadijahkan jodohmu. Fathimahkan dirimu, agar Allah meng-Alikan kekasihmu.

Jika ada orang yang bilang sangat mencintaimu padahal ia suka meninggalkan shalat, tak pernah baca Al-Qur’an, puasa Ramadhan jarang, segera tinggalkan dia. Tuhannya yang setiap hari mengaruniakan rezeki berlimpah saja tak ia cinta, apalagi dirimu.

Allah, asal cinta-Mu terus mengalir, ku tak peduli meski celaan manusia tiada akhir.

Wanita yang mulia adalah yang paling ringan mas kawinnya.

Pacaran? Rawan maksiat. Nikah? Rawan rahmat.

” Hey, ini malam minggu. Ngapain dirumah aja? Kasian amat.”
” Iya mau dirumah aja. Kata mama, malem minggu banyak setan keluyuran. Apalagi ditempat yang remang-remang. Setannya lagi galak-galaknya. ” Hehe.

” Hari gini masih jomblo? Ke laut aja daaah… ! ”
” Hari gini masih pacaran? Ke neraka aja daaah… ! ”

Nikah itu menyukseskan, mengayakan, menenangkan, memapankan.

Lebih penting mencintai yang dinikahi daripada menikahi yang dicintai.

Syukurilah apa yang sudah kau yakini untuk kau pilih menjadi kekasih halalmu. Tak ada manusia yang sempurna. Manusia didampingkan dengan jodohnya justru agar mereka bisa saling melengkapi yang belum lengkap. Menyempurnakan yang belum sempurna.

Ungkapkan seperti apa kekasih halal yang akan engkau idamkan. Sebutkan secara detail pada Allah segala kriteria baik yang engkau harapkan hadir dalam diri jodohmu kelak.

Jadilah perempuan yang lembut tetapi tegas. Santun tetapi berani mempertanyakan hal seserius ini.

Pria yang baik tidak akan pernah mengecewakan perempuan yang dicintainya. Pria yang baik tidak akan pernah membuat wanitanya menunggu terlalu lama. Pria yang baik akan datang menjemput wanita yang dicintainya sesegera mungkin.

Hidup adalah perjalanan panjang namun hanya punya satu tujuan: mengabdi kepada Sang Pemilik Hidup.

Cinta dan sayang itu harus dibuktikan dengan aksi yang nyata.

Tiduuuuuuuur terus, kapan kerjanya?
Galaaaaaaaau terus, kapan senengnya?
Belanjaaaaaa terus, kapan sedekahnya?
Pacaraaaaaan terus, kapan nikahnya?

Kecantikan sejati yang tak mudah terkikis oleh usia, adalah kecantikan dalam jiwamu. Kecantikan hatimu.

Dengan bertahajud aura yang kau pancarkan jauh lebih berkilau, karena pancaran itu hadir dari cahaya Tuhan.

Keccantikan jiwa akan memancarkan aura yang jauh lebih berkilau dibandingkan dengan kecantikan fisik. Cantiknya fisik akan berkurang seiring pertambahan usia, sementara cantiknya jiwa tak akan luntur meski usia telah merenta.

Nikahilah para wanita karena ‘dien’ nya. Sungguh budak perempuan yang sebagian hidungnya terpotong dan telinganya sobek, berkulit hitam (tetapi) memiliki ‘dien’ adalah lebih utama.

Kekasih yang saleh: saat cinta ia akan memuliakanmu, saat marah ia tak akan menghinakanmu.

Jatuh cinta itu keputusan, bukan kebetulan. Cinta hadir bukan karena diundang. Cinta hadir karena kita mengizinkan jiwa untuk jatuh cinta.

Bukti paling nyata bagi orang yang benar-benar mencintaimu adalah khitbah, lalu nikah.

Cinta itu seperti layaknya iman, diucap dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diungkapkan dengan perbuatan. Diungkapkan dengan I Love You. Dirasakan dalam Qalbu. Dibuktikan dengan Qobiltu. Kalau cuma bilang I love you berjuta kali, balita juga bisa.

Cinta memang tak selalu berwujud kata-kata romantis, bisikan mesra, atau tatapan sayang seperti yang digembor-gemborkan drama picisan. Cinta lebih merupakan perjuangan yang tak jarang berlumur peluh dan air mata untuk membawa keluarganya menuju kebahagiaan sejati. Bahagia menggapai keridhaan Tuhan.

Jangan menilai keromantisan dengan sepotong cokelat, sepucuk mawar, atau kalimat-kalimat gombal yang membuatmu melayang terbuai oleh rayu. Karena sungguh, akhlak yang mulia adalah keromantisan yang tiada duanya.

Cinta selalu mengharapkan perbaikan diri, perbaikan sikap, perbaikan hati. Cinta selalu mendamba kebaikan bagi yang dicintainya.

Rasulullah mewasiatkan, manusia beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. Manusia merugi adalah yang hari ini sama dengan hari kemarin. Sedangkan yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, di cap sebagai manusia yang celaka.

Suami istri itu bagaikan sepasang sepatu. Walau tak sama persis namun serasi. Saat berjalan tak pernah persis berdampingan, tapi tujuannya sama. Walau tak pernah bisa ganti posisi, namun saling melengkapi. Selalu sederajad, tidak ada yang lebih rendah atau yang lebih tinggi. Bila yang satu hilang, maka yang lain tak punya arti.

Mau minta tolong siapa lagi kalau nggak ke Allah.

Jodoh nggak datang-datang banyak sebabnya. Bisa karena kemaksiatan kita yang belum terampuni. Yang ini kudu perbanyak tobat.

Allah nggak akan ngubah nasib hamba-Nya yang cuma twitteran sambil bilang, “semoga nasibku segera berubah”.

Nikah tuh keren banget. Baru bangun tidur di sebelah sudah ada bidadari yang senyum menyambut, Met pagi, sayaaang. Habis jemaah subuh, jalan-jalan pagi ada yang nemenin. Mau keluar ada yang dipamitin. Sedang kerja ada yang doain. Pas tidur ada yang dicurhatin. Daripada boros dipakai traktirin pacar, mending dipakai nafkahi istri. Nafkahin istri bernilai infak. Nafkahin pacar?

Jangan jadi manusia yang mellow, yang dikit-dikit nangis karena persoalan cinta yang kadang rumit. Jadilah manusia yang hebat, yang tetap semangat meski sedang menghadapi guncangan cinta yang dahsyat.

Umpama dia di langit, kamu di bumi, kalau dia emang jodoh kamu, kalian pasti akan ketemu lagi.

Tuhan, pertemukan hamba dengan jodoh terbaik yang telah Engkau persiapkan untuk hamba. Hamba yakin, pilihan-Mu tak kan salah.

Tuhan hanya mengabulkan doa orang yang sudah siap menerima pengabulan doa.

Saat semua orang bertanya, ” Apa yang kau sukai dari dia? ” Kau dengan senyum menjawab, ” Aku tak tahu. Yang ku tahu, hadirnya adalah bahagia ku. Hadirku adalah bahagianya. Hadirnya telah membuatku dekat dengan Tuhanku.” Yakinlah, itulah jodohmu. Indah bukan?

Aku memang mencintaimu, tapi sungguh aku ingin lebih mencintai-Nya. Aku memang takut kehilangan cintamu, tapi sungguh aku jauh lebih takut kehilangan cinta-Nya. Aku memang ingin memilikimu, tapi sungguh jiwa ragaku hanya milik-Nya. Bagaimana mungkin aku memilihmu dan mendurhakai-Nya, sementara Dia lah penciptaku.

Penantian jodoh terbaik adalah dengan memperbaiki diri.

Sebelum kau menangis, pastikan dulu bahwa yang kau tangisi itu adalah orang yang terbaik bagimu. Jangan pernah meneteskan air mata untuk orang yang buruk bagimu.

Jangan terlalu mudah dibuat sedih oleh orang yang belum tentu akan bertemu kita di akad nikah. Air matamu terlalu sayang untuk menangisi hal itu.

Ketika jarak antara kau dan Tuhan sedemikian jauh, mana mungkin doamu akan dikabulkan-Nya.

Jika Allah berkehendak untuk menjauhkan keburukan dan melimpahkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka akan diilhamkan kepada hamba-Nya untuk berdoa. Sehingga Allah menjadikan takdir doa itu sebagai faktor penyebab terjadinya takdir yang lain.

Mencintai itu takdir. Menikahi itu nasib. Namun yakinlah, keduanya bisa diupayakan. Takdir dan nasib bisa diubah. Rasul bersabda, ubahlah takdirmu dengan doamu.

Jika ada lelaki yang bilang menyukaimu, tanya padanya, kapan kau akan menikahiku? ^^

 

Leave a Reply