~
Resensi Buku Non-Fiksi
1. Penerbit : CV.Artha Kreasi Jakarta
2. Tahun Terbit : 2015
3. Judul Buku : Aku, Edisi Baru
4. Penulis : Meuthia Rizky
5. ISBN : 978-602-70564-1-1
6. Jumlah Halaman : 138 Halaman
Sinopsis
Di buku ini menceritakan seorang wanita pebisnis yang bernama Meuthia Rizky. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudari. Sejak keciL, ia ingin sekali menjejakkan kaki di berbagai negeri. Ia sadar kekurangannya yaitu, sulit berbicara. Justru karena itu, ia ingin jadi guru dan penyiar radio.
Jatuh bangun meniti karir dan beberapa usaha membangun bisnis jaringan yang dipandang sebelah mata. Bertemu banyak manusia untuk memberikan motivasi menjadi ‘guru’ untuk berbagai ilmu kepada ribuan orang membangun sebuah club bossfamily untuk menjadi wadah ribuan downlinenya meraih kehidupan lebih baik lagi. Kesuksesannya ini telah menjadikannya seorang motivator dan inspirator wanita Indonesia. Dari depresi, Meuthia bangkit untuk bisa menjadi inspirasi.
Waktu tak pernah mau kompromi. Ia berlari tanpa mau susah-susah menunggu kitaa yang masih ‘rempong’ sama itu dan ini. Iya kan? Ngakuin enggak, bahwa sering banget kita merasa ‘ditinggal’ waktu?
Biasanya, kita merasa waktu berjalan amat lambat saat kurang bahagia. Sedang merasa gelisah. Ada yang ditunggu, agak-agak galau gitu deh. Contohnya, saat menunggu gajian ketika dompet makin terasa kempes.
Bagi beberapa orang,waktu terasa cepat berlari dan mereka puas ketika menyadari sudah banyak yang dilakukan, sudah ada daftar pencapaian. Bahkan mungki daftarnya sangat panjang. Namun bagi sejumlah orang lainnya, waktu terasa terbang tanpa menimbulkan kepuasan hati. Rasanya seperti sedang duduk anteng, lalu ditinggal pergi. Entah anteng karena hidup sudah (berlagak) nyaman, atau emang beneran amat nyaman. Pokoknya anteng aja.
Yang begini ini, biasanya baru pada sadar saat usia bertambah. Kok ada yang masih bingung enggak tahu mau ngapain. Malah mungkin baru merasa mau memutuskan sesuatu. Baru muncul perasaan, “kemana aja sih aku? Sudah ngapain aja aku sepanjang usiaku?”
Ya, detik-detik menjelang bertambahnya usia sering menjadi momen untuk bersyukur atau malah menyesal. Bersyukur karena banyak pencapaian. Atau menyesal karena menyadari baru saja melewatkan daftar keinginan yang kemudian sia-sia. Akhirnya malah jadi pe er panjang karena belum ada yang betul-betul direalisasikan.
Aku pernah seperti. Aku nulis begitu, memang seperti ngomong di depan cermin. Berdiri melihat muka sendiri dan berkata kepada diri sendiri. Kok ya masih ada saja yang belum terealisasi.
Kalau lihat buku agenda, dan membaca to do list sejak awal tahun, banayak cerita masalah pribadi. Segala guncangan emosi, perih-perihnya hati, senamg hingga bahagia, masih terasa nyess kalau diingat lagi.
Buat aku, urusan hati, dompet dan pikiran ialah tia hal yang membuat emosi sering terguncang. Bisa membuat ketawa dan menangis, bergantian. Membaca kembali catatan itu akhirnya membuatku betul-betul paham, emosi berperan sangat penting untuk mencapai apa yang kita mau.
Yang didapati hari ini tentu maerupakan akibat dari cara berpikir, tindakan dan kebiasaan yang telah dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Dan kebanyakan, dipengaruhi emosi. Saat kesal, kita sering salah ambil tindakan. Begitu juga saat sedih. Namin kalau kita tenang, seburuk apapun kondisi yang sedang kita alami, pilihan tindakan kita bisa membawa kita ke kejadian-kejadian menyenangkan selanjutnya.
Kalau sedang kesal, hari-hari tak terasa nyaman. Tidur kurang nyenyak, makan tak enak, bawaannya pengen curhat dan duit bisa keluar lebih banyak. Namanya juga lagi emosi. Bawaannya penen jajan atau belanja.
Hidup memang perlu emosi sebagai bahan bakar untuk lebih melaju kencang. Tapi kita butuh emosi positif yang membuat kita jadi bergerak ke arah lebih baik. Bukan emosi negatif yang menghancurkan.
Lihat saja orang-orang yang sukse dan berhasil dalam bidangnya. Tak semata karena lebih pintar dan punya modal besar, tapi lebih karena mereka mampu mengatur emosi karena enggak mau hidup serba berantakan. Saat hati yang kesal dinomersatukan, yang penting-penting jadi enggak kelihatan.
Tapi perlu dicatat, aku bukan psikolog. Melainkan cuma manusia biasa yang mengalami banyak hal akibat emosi tak pada tempatnya. Aku menulis buku ini bukan karena merasa pintar, tapi karena ingin agar banyak orang belajar tanpa harus mengalami sendiri.
Sebab percayalah, hiduo terlalu singkat untuk mencoba semuannya sendiri. Makanya penting jika kita mau elajar dari kisah orang lain, bukan cuma melulu tentang keberhasilannya tapi tentang kegagalan da keperihannya juga. Agar tidak mengundang masalah dan tak belangsak jatuh ke bawah seperti mereka yang sudah
merasakan.
Ada saatnya kita belajar dari mereka yang sukses. Namun ada kalanya, kita bisa memetik pengalaman dari mereka yang gagal. Sebab hidup terlalu singkat, jika kita mau mencoba semua hal. Dan mudah-mudahan, ada yang bisa dipelajari dari kisah Meuthia Rizki di buku ini. Agar kita bisa segera menerima kepahitan masa lalu, meninggalkan edisi lama, lalu mulai membangun diri kita yang baru.
Buku ini terdiri dari tiga bab. Yang pertama, tentang bagaimana kita mau introspeksi dan mengakui keadaan. Dengan mengakui kondisi saat ini, kita bisa mulai belajar memaafkan masa lalu agar tak terus menerus menghantui.
Pada bab kedua, termuat kisah-kisah inspiratif tentang bertransformasi menjadi diri kita yang baru. Bukan sekadar menyemangati, tapi bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dan pada bab terakhir, ialah tentang penerimaan ketika semua sudah dilakukan, dengan penuh komitmen dan ketulusan. Dengan bahasa dan penuturan yang renyah serta akrab, Meuthia Rizki tak sedang menggurui. Ia berbagi kisah yang pernah dialami, siapa tahu bisa menjadi pelajaran berarti. sa dan penuturan yang renyah serta akrab, Meuthia Rizki tak sedang menggurui. Ia berbagi kisah yang pernah dialami, siapa tahu bisa menjadi pelajaran berarti.
Kelebihan Buku
Kelebihan buku ini dalah cara penyampaian atau penulisannya sangat bagus, sehingga para pembaca merasa berinteraksi langsung dengan penulis buku. Dan banyak motivasi dan inspirasi yang disajikan kepada para pembaca. Quotesnya keren-keren. Halaman pertamanya yang sudah mendalam itu membuat pembaca semakin penasaran dengan isi buku. Ini sangat cocok untuk seorang pebisnis.
Kelemahan Buku
Buku ini lebih menceritakan tentang kehidupan bisnis sang penulis. Bagi remaja yang kurang suka dengan ilmu bisnis mungkin tidak tertarik untuk membaca.Jadi bagi para remaja kurang cocok karena banyak menceritakan tentang seorang wanita karir. Tapi kalau hanya sekedar buat motivasi tidak apa-apa.