UUD (ujung-ujungnya duit)
Pada pagi hari, waktu menunjukan pukul 7.10. Bel sekolah SMA 1 Padang berbunyi. Anak-anak masuk. Pintu gerbang ditutup satpam gagah, pak Iwan Kumis baplangnya menambah keangkeran diri.
Tepat ketika ia menutu pintu gerbang, seorang murid tergopong, berteriak. Tolong tolong! Jangan ditutup dulu pak!
“aduhh, sudah telat, maaf ya nak!”
Pak Iwan menutup gerbang. Murid itu, Sidiq tak habis akal.
“Ayolah pak. Cuma sebentar ini! Saya tadi habis bantu ayah. jadi telat”
“benarkah?”
“Iya pak.”
“Aghhh. Tetap saja. Telat mah telat”
“Ayolah pak, “ Sidiq kembali merayu, kini ia keluarkan sesuatu, senjata ampuh.
“Masuk deh, jangan bilang siapa-siapa ya” ucap pak satpam sembari mengambil 2 batang rokok dan uang 5 ribu dari Sidiq.
“Oya, tadi kamu bilang habis bantu ayah, bantu apa?”
“Bantu ayah tambah pusing mikirin uang. Soalnya tadi habis UNIKO (usaha nipu kolot), bilang ada uang buku 30.000,” hehe. Ucap Sidiq sambil berlari masuk ke sekolah.
“Ah dasar satpam UUD, ujung-ujungnya duit” ucap Sidiq.
Dari kejauhan ternyata ada yang memerhatikan, Ani. Ia geleng-geleng kepala.
“Uh, bakal jadi apa negeri ini ya. Itu potret kecil dari bangsa ini. Jangan-jangan sudah jadi negeri para bedebah. Kalau sudah gitu, negeri ini di ujung tanduk. Owalah. Awas saja kalian berdua!” ucap Bu Ani yang tak lain adalah kepsek SMA 1 Padang.