Mengonversi Teks Eksposisi ke Bentuk Pidato (NeshaPR)

Tema: Kontra Pentingnya Ekonomi Keluarga

 

 Assalamu’alaikum wr.wb

Yang terhormat Ibu Kepala Sekolah beserta wakil

Yang terhormat Bapak/Ibu Guru

Yang saya banggakan kakak-kakak kelas

Yang saya sayangi teman-teman semua

 

    Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji dan syukur kita atas kehadirat Allah swt. Dengan rahmat dan karunia serta izin-Nya kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat walafiat. Tak lupa pula salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang, dan dari zaman kebodohan ke zaman berpengetahuan seperti yang kita alami sekarang ini.

    Baiklah Bapak/Ibu Guru dan teman-teman semua, saya tidak akan memperpanjang mukadimah, langsung saja saya sampaikan pidato saya tentang “Tidak Diperlukannya Ekonomi Keluarga”

    Banyak alasan mengapa kita tidak perlu memikirkan perlunya pengaturan ekonomi keluarga. Seperti adanya pembatasan jumlah anak dengan menerapkan program KB karena demi ekonomi keluarga. Bapak/Ibu Guru dan teman-teman semua, sebenarnya hal itu dilarang Allah karena tujuan dari adanya pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan dan menghindari suami/istri jatuh kepada perbuatan zina. Ada pepatah yang mengatakan, “Banyak anak banyak rezeki”. Dan ada juga dalilnya pada surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya: “Maka sekarang campurilah mereka (istri-istri) dan carilah/harapkanlah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.” Banyak para ulama yang menafsirkan bahwa “Apa yang telah ditetapkan Allah untukmu” maksudnya adalah “Anak”. Nah jadi program KB itu tidak perlu dilaksanaakan bukan?

    Adapun mengenai wanita karir karena untuk meningkatkan ekonomi keluarga, ada haditsnya yang artinya: “Dalam mencari pendapatan, Islam tidak memperkenankan seseorang berusaha di luar kemampuannya dan terlalu obsesi sehingga mengorbankan/menelantarkan hak-hak yang lain baik kepada Allah, diri sendiri maupun keluarga seperti pendidikan dan perhatian kepada anak dan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Bapak/Ibu Guru dan teman-teman semua, bersyukurlah atas apa yang Allah berikan. Sebagai insan beriman, kita semua meyakini bahwa rezeki itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia. Persoalan merasa cukup atau kurang, bukan ditentukan dari besaran uang, tetapi ditentukan dari situasi hati kita. Apakah kita memiliki hati yang selalu bersyukur atau selalu merasa kurang.

    Kalau kita mementingkan ekonomi keluarga, ujung-ujungkan akan mencari status sosial dan bergaya hidup glamour atau berlebih-lebihan karena terlalu obsesi. Padahal Allah melarang kita untuk tidak berlebih-lebihan, seperti dalam surat Al-Araf ayat 31 yaang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlaah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

    Bapak/Ibu Guru dan teman-teman semua, tanpa adanya ekonomi keluarga, kita pun masih dapat bahagia dengan menjalani kehidupan berkeluarga disertai kasih sayang yang tulus, keikhlasan, saling berkomunikasi dan memahami, serta tolong-menolong dan rukun.

    Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati.

  Wabillahi taufiq walhidayah

  Wassalamu’alaikum wr.wb

Leave a Reply