Resensi Novel “Cahaya Cinta Pesantren”

Resensi Novel

Cahaya Cinta Pesantren

Karya Ira Madan

 

·         Data Buku

Judul Buku                : Cahaya Cinta Pesantren

Penulis/pengarang    : Ira Madan

Penerbit                     : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

                                      Jln. Dr. Supomo, No. 23, Solo 57141

Tebal                          : 292 halaman

 

·        Unsur Instrinsik

ü  Tokoh dan Penokohan :

1.      Marshila Silalahi                  : Anak yang cerdas, agak nakal

2.      Ayah shila                             : Ayah yang penyayang kepada anak anaknya

3.      Mamak shila                         : Ibu yang sayang kepada anak anaknya

4.      Muhammad Alamsyah        : Kakak sulung dari Shila yang sangat pintar

5.      Adib Pratama                                    : Kakak kedua shila pintar

6.      Andika Putra                         : Kakak ketiga dari shila yang paling cerdas dari yang lain

7.      Cut Faradhilah                      : Teman Shila yang baik, sopan, dan pintar

8.      Aisyah                                    : Teman Shila yang ramah

9.      Sherli Amanda                      : Teman Shila yang baik hati dan pandai menari

10. Rifqie Al-Farisi                    : Laki-laki taman yang menjadi suami dari Shila yang baik dan peduli kepada isrinya Shila.

11. Muhammad Faris Audah     : Anak dari Shila dan Rifqie yang hebat, taat kepada orag tua.

 

ü  Alur:

1)     Maju:

Di bilang maju karena ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Novel Cahaya Cinta Pesantren menggunakan alur maju (Hari demi hari terus berkejaran di bumi santri ini)

 

ü  Latar

Ø  Waktu                        :

1.      Sejak Kemarin          : (Sejak kemarin aku ingin membeli rujak nikmat warungnya yang berada di depan Istana Maimun)

2.      Hari itu                       : (Hari itu salah satu hari di musim hujan yang dingin ketika mamak mengantarku ke sebuah tempat yang asing)

3.      Minggu depan           : (“Minggu depan, bu! Karena seluruh calon santri dan santriwati akan menyantri selama seminggu…..”)

4.      Di tengah malam      : (……memergokiku sedang makan di tengah malam)

5.      Siang hari                  : (…..Aisyah itu hadir di antara kami ketika siang hari)

6.      Sore                            : (“….Nanti sore ayah ke sini lagi!”)

Ø  Tempat           :

1.      Istana Maimun                      : (Sejak kemarin aku ingin membeli rujak nikmat warungnya yang berada di depan Istana Maimun)

2.      Tempat yang asing               : (Hari itu salah satu hari di musim hujan yang dingin ketika mamak mengantarku ke sebuah tempat yang asing)

3.      Di kantin depan                    : (Ayah Aisyah mentraktir kami makan mie bakso di kantin depan)

4.      Masjid                                    : (Setelah itu, kami mandi dan bersiap lagi pergi ke masjid untuk menunaikan shalat magrib)

5.      Negara Sakura, Jepang        : (Atas kegigihan dan kecerdasannya mengantarkan Shila ke Negeri Sakura, Jepang)

Ø  Suasana          :

1.      Senang dan Bahagia : (Hari itu boleh dikatakan sebagai hari senang dan bahagia nasional sebab hampir semua orang…..)

2.      Sedih                          : (Aku mengurung diri di kamar dan terus-menerus menangis)

 

ü  Tema  :

Tema dari novel Cahaya Cinta Pesantren adalah Religi dan Romance

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

·        Unsur Ekstrinsik

Ira Madan terlahir di kota Medan, kota bandar terbesar di Sumatra. Master Jebolan jurusan operasi riset dari Universitas Sumatra Utara (USU) ini adalah guru matematika di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

Anak pertama dari empat bersaudara ini sangat gemar dengan dunia traveling khususnya ke alam, seperti hiking, tracking, rafting, divig, dan snorkeling. Selain itu, ira juga sangat tertarik dengan aneka ragam wisata kuliner di mana saja dengan label HALAL.

 

·        Isi Novel :

Dengan keterbatasan biaya orang tuanya, Shila tidak mungkin sekolah di SMA Swasta, jadi orang tuanya membujuk Shila agar masuk ke pesantren di Pesantren Al-Amanah. Dengan dunia pesantren yang amat ketat dan disiplin, Shila harus mencoba untuk beradaptasi. Di pesantren, Shila bersahabat dengan Manda, Aisyah dan Icut.

 

Dari ketiga sahabatnya, Shila merasa paling dekat dengan Manda karena keduanya sama-sama tidak betah berada di pesantren. Keduanya tanpa sepengetahuan yang lain pun kabur keluar dari pesantren, namun pada akhirnya takdir membawa mereka untuk kembali ke pesantren. Dari waktu itu, Manda pun akhirnya mantap untuk menjadi santri, sedangkan Shila masih belum begitu yakin.

 

Di masa pubernya Shila tersebut juga, dia harus terbawa perasaan dengan jatuh hati terhadap santri seniornya yang bernama Rifqie. Dengan berbagai konflik juga, Shila menjadi harus menghadapi berbagai rintangan dari persahabatan mereka yang menjadi runyam dan hingga Shila mendapat peringatan akan dikeluarkan dari pesantren di saat dirinya telah mulai benar-benar merasa nyaman di pesantren tersebut.

 

Hingga suatu saat Shila berhasil melalui semuanya karena terdapat pesan dari sang ayahnya ‘Kalau kita mencintai segala sesuatu karena Allah, maka kita tidak akan pernah kenal yang namanya kecewa atau sakit hati’ .

 

·        Kelebihan :

Sampul buku yang di gunakan sangat menarik, alur cerita yang mengalir sehingga mudah dipahami oleh pembaca,dan penggunaan kata yang mudah dipahami membuat novel ini menjadi bacaan yang menarik untuk dibaca. Sudah ada keterangan yang menjelaskan kata-kata yang berasal dari bahasa yang kurang dipahami, seperti bolang (Panggilan suku Karo yang berarti Kakek).

·        Kekurangan :

Banyak sekali kesalahan pengetikan. Dan juga penggunaan diksi yang terbatas,sering kali pengarang mengulang-ulang penggunaan diksi. Akhir ceritanya juga mudah ditebak,sehingga membuat bosan pembacanya dan menjadi kurang tertarik membacanya.

 

 

 

·        Kesimpulan :

Secara keseluruhan novel ini sudah bagus, ketika ada kekurangan, kekurangan novel tersebut di kurangi dengan cerita yang menyentuh hati para pembaca. Di tambah lagi cerita yang berlatarkan sebuah pesantren yang membuat kita mengetahui bagaimana menjalani kehidupan menjadi seorang santri.

 

 

Leave a Reply