RESENSI NOVEL RINDU TERE LIYE

 

Resensi Novel Rindu TereLiye


 A.    Data Buku  

1.     Judul => Rindu Tere Liye

2.     Penulis =>Tere Liye

3.     Jumlah Halaman =>544

4.     Gambar dan Warna =>EMTE

5.     Penerbit =>Republika penerbit

6.     Alamat Penerbit =>Jl. Taman Margasatwa No. 12 .

                         Pasar Minggu,Jakarta 12550

                        Telp : (021)7819127 . 7819128

                          Fax : (021)7817702

                       Anggota (KAPI DKI Jakarta)

B.     Unsur Intrinsik

1.     Tokoh

a.     Daeng Andipati

b.     Ibu Anna dan Elsa

c.      Anna

d.     Elsa

e.     Kapitein Phillips

f.       Ambo Uleng

g.     Ahmad Karaeng (Gurutta)

h.     Sergeant Lucas

i.        Bundo Upe

j.       Enlai

k.     Lars Van den Broecke

l.        Bapak Soerjaningrat

m.  Bapak Mangoenkoesoemo

 

 

 

 

2.  Watak

a.       Deng Andipati : seorang pedagang kaya raya,pintar dan baik hati.

b.       Ibu Anna dan Elsa : istri Daeng baik hati.

c.        Anna : anka kecil,lucu,pintar,baik hati.

d.       Elsa : jahil,pintar.

e.       Kapitein Phillips : seorang pelaut yang tangguh.

f.         Ambo Uleng : seorang pelaut yang pendiam .

g.       Ahmad Karaeng (Gurutta) : seorang ulama mashyur,penulis,sabar,lembut.

h.       Sergeant Lucas : seorang opsir Belanda yang galak

i.          Bundo Upe : Cantik,putih,baik hati

j.         Enlai : suami Bundo Upe yang baik

k.       Lars Van de Broecke : mulutnya tajam dan baik hati

l.          Bapak Soerjaningrat : Pintar

m.    Bapak Mangoenkoesoemo : Pintar

 

3.  Alur

v Maju Mundur

Dalam cerita ini alur yang digunakan maju mundur.Dimana cerita ini dimulai dengan suka cita para penumpang kapal pada saat itu.Kemudian kembali pada masa lalu untuk menjelaskan mengapa Bundo Upe begitu pendiam dan tidak mau menginjakkan kaki di Batavia ,begitu juga dengan Daeng yang begitu membenci ayahnya,Umbo yang kehilangan kekasih hati,Mbah Kangkung Slamet yang mengenai cinta sejatinya dan Gurutta yang merasa bahwa dia seorang yang munafik.Dan akhirnya kembali maju dengan menceritkan perjalanan mereka setelah di jeda kemudian kembali lagi ke Indonesia.Begitu juga dengan Umbo yang berjodoh dengan gadis yang ia cintai.

 

 

4.  Tema

v Kehidupan di atas kapal

v Cerita pilu di masa lalu

 

5.  Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunkan adalah sudut pandang campuran . “Aku yakin bukan karena kau Lars”.Gurutta menggeleng,namun selepas soal itu,yang penting Ambo Uleng sudah di temukan.Kondisinya terus membaik.Aku sempat dua kali siang tadi ke ruang perawatan.Tapi dia tertidur,jadi tidak bisa mengajaknya bicara.

 

 

C.              Unsur Ekstriksik

 

v Tentang Penulisan

Darwis Tere Liye atau lebih dikenal dengan nama tereliye adalah seorang penulis novel yang berasal dari pedalaman Sumatera Selatan .Lahir dari keluarga sederhana pada tahun 1979,ia lulusan dari fakultas ekonom Universitas Indonesia ia sudah banyak mengeluarkan karyanya yang best seller diantaranya adalah Moga Bunda di Sayang Allah,Bidadari-bidadari Surga,Senja bersama Rosi,Rindu dan masih banyak lgi karyanya yang lain.

 

D.        Isi Novel

Cerita ini bermula dari suatu pagi di penghujung tahun 1938.Tepatnya pada tanggal 1 Desember 1938,bertepatan dengan  9 syawal 1357 H.Matahari baru sepenggalah naik pagi itu,sebuah kapal besar merapat di Pelabuhan Makassar.

Tidak banyak orang yang mengiangatnya,tapi tahun 1938 adalah salah satu tahun bersejarah bagi Indonesia.Masih menggunakan nama Hindia-Belanda,Indonesia mengikuti Piala Dunia 1938 di Prancis untuk pertama kali –sekaligus sekali-sekalinya sampai kini.

Sementara itu,dibelahan Eropa,Hitler menyerang Austria.Benih-benih Perang Dunia II mulai di semai.Dikawasan Asia Psifik, Jepang dan China terlibat perang besar memperebutkanKonton dan Shanghai.Indonesia masih dikuasai oleh Belanda- masih tujuh tahun lagi 1945,saat proklamasi kemerdekaan.

Tahun 1938,dengan kegagalan Gubernur Maluku,Gubernur Jenderal de Jonge,pemimpin pemerintah kolonial Belanda di Batavia memutuskan membentuk tiga provinsi baru atas eilandgewest ,tanah jajahannya.Pertama,Sumatera dengan Ibukota Medan.Kedua Borneo dengan Ibukota Kota Baru.Ketiga Timur Besar (Celebes) dengan Ibukota Makassar.

Akan tetapi,isah ini bukan tentang hal-hal besar itu.Apalagi tentang sepakbola.Bukan.Kisah ini lebih sederhana,tapui tetap bersejarah-setidaknya bagi semua orang  yang terlibat di dalamnya.Ini kisah tentang perjalanan.Dan sebagaimana lazim-nya sebuah perjalanan,selalu disertai dengan  pertanyaan-pertanyaan.

Suara peluit tanda kapal siap berlabuh terdengar nyaring.Kapten Phillips berdiri di ruang kemudi ,mengawasi penuh.Pukul setengah enam, setelah sepanjang hari menghadapi  cuaca buruk,Kapal Blitar Holland akhirnya tiba di pelabuhan Bengkulu.Tetap di selimuti hujan ,ombak tinggi,dan angin kencang.Tapi dengan berlabuh,kapal akan terikat mantap di dermaga.

Itu proses berlabuh dengan penonton paling sedikit.Penumpang hanya menyaksikan lewat jendela bundar kabin.Tidak ada yang berminat berdiri di dek menonton langsung.Anna dan Elsa ikut berdiri di belakang jendela,menatap ke luar.Pelabuhan Bengkulu terlihat samar oleh derasnya air hujan.Pohon-pohon kelapa, bangunan, semuanya seperti bayangan dari jauh.Tidak ada kapal besar disana, atau mungki mereka tidak bisa melihatnya karena berlabuh di sisi lain.

Kapal beringsut merapat ke dermaga.Baling-balingnya berputar rendah.Juru kemudi konsentrasi penuh, berhati-hati agar dinding kapal tidak menghantam bibir pelabuhan.Ombak tinggi membuat proses merapat lebih sulit.Persis saat dinding kapal menyentuh pelan bantalan karet dermaga, baling-baling berhenti berputar.Kelasi segera gesit, dalam siraman hujan, melemparkan tali-tamali. Petugas di pelabuahan menyambuitnya, mengikatkan tali ke tonggak besi besar.

       Lima hari kemudian,Kapal Blitar Hplland merapat di pelabuhan Jeddah (trsnsit di Aden).Berakhir sudah perjalanan 30 hari itu. Perjalanan lima hari terakhir lancar, cuaca baik. Kapal melaju dengan kecrpatan penuh. Elsa mengkhatamkan bacaan Al-Quran nyadi hari ke 28, disaksikan Gurutta dan beberapa orang dewasa lain  di mesjid kapal.

Ambo Uleng memutuskan naik haji. Ia minta izin khusus dari Kapten Phillips, dan baru kembali menjadi kelasi saat kapal itu datang dari Rotterdam tujuh bulan ke depan, saat menjemput penumpang perjalanan pulang menuju Banda Aceh hingga Makassar.

Sat turun dari kapal, Ruben si Boatswain memeluk erat teman satu kabinnya, kemudian menyerahkan sepucuk surat robek-robek yang telah di rekatkan kembali.

“Aku temukan di kotak sampah kabin kita, Ambo. Aku tahu surat ini penting bagi kau, jadi diam-diam aku satukan kembali. Simpanlah, Kawan.Seperti kau menyimpan begitu banyak hal baik dalam hidupmu. Aku sekarang paham, purnama mamang bisa bersinar indahdari seorang pemuda berkulit hitam seperti kau ini, Ambo.”

Ambo Uleng memeluk Ruben sekali lagi.

Rombongan masih melnjutkan perjalanan darat sejauh lima puluh kilometer, hingga tibalah mereka di Tanah Suci. Masjidil Haram terlihat di depan mata.

 

Bonda Upe terisak menatapnya. Lihatlah, semua kerinduan ini telah genap. Juga ribuaan jamaah lainnya, trharu melihat selubu8ng Ka’bah. Sungguh beruntung mereka telah melengkapi keberuntungan itu.

Besok lusa, setelah pulang ke Makassar, Daeng  Andipati mengunjungi enam saudaranyamemaafkan ayah mereka. Mereka bertujuh akhirya datang menziarahi makam ibu dan ayah mereka bersama-sama. Kali ini dengan perasaan lapang dan memaafkan.

Adik Anna dan Elsa lahir di atas kapal keyika perjalanan pulang, kembar, dua-duanya laki- laki seperti yang di inginkan mereka. Seluruh awak kapal menyambutnya dengan penuh suka cita. Bahkan Kapten Phillips dan perwira kapal memberikan banyak hadiah.

Perang dunia kedua meletus setahun kemudian, September 1939 hingga 1945. Gurutta Ahmad Karaeng dengan gagah berani memimpin perlawanan di Tanah Bugis. Namanya memang tidak semasyhur Syekh Yusuf atau Sultsn Hasanuddinpendahulunya. Tapi sejarah akan tetap mencatatnya, setidaknya dengan orang-orang yang telah pernah bertemu dalam hidupnya.

 

 

Terakhir

     Tas buri Anna lah yang melakukan perjalan paling jauh, melanglang dunia hingga Rotterdam. Salah satu kelasi akhirnya menemukan tas itu di sudut gudang peralatan kapal. Sepertinya kuli Pelabuhan Makassar telah slah meletakkan tas itu. Besok lusa, jika Allah menakdirkannya, tas biru itu akan kembali kepada pemiliknya, gadis kecil dengan wajah bulat menggemaskan, Anna.

 

 

 

E.   Komentar

 

Novelnya bagus, tulisan dan bahasanya sederhana dan mudah untuk dipahami. Penggunaan bahasa Belanda nya juga bisa di mengerti. Novel ini uuga layak untuk dibaca siapa saja, khususnya para remaja. Novel ini banyak memberikan pelajaran tentang menjalani kehiupan. Tetapi ada beberapa penulisan kata yang salah contohnya laik pada halaman 12. Halamannya terlalu banyak sehigga orang agak sedikit ragu untuk membacanya. Dan dia awal cerita membuat para pembaca menjadi bosan

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Resensi Novel Rindu TereLiye

  

A.    Data Buku  

1.     Judul => Rindu Tere Liye

2.     Penulis =>Tere Liye

3.     Jumlah Halaman =>544

4.     Gambar dan Warna =>EMTE

5.     Penerbit =>Republika penerbit

6.     Alamat Penerbit =>Jl. Taman Margasatwa No. 12 .

                                                                                 Pasar Minggu,Jakarta 12550

                                                             Telp : (021)7819127 . 7819128

                                                             Fax : (021)7817702

                                                             Anggota (KAPI DKI Jakarta)

B.     Unsur Intrinsik

1.     Tokoh

a.     Daeng Andipati

b.     Ibu Anna dan Elsa

c.      Anna

d.     Elsa

e.     Kapitein Phillips

f.       Ambo Uleng

g.     Ahmad Karaeng (Gurutta)

h.     Sergeant Lucas

i.        Bundo Upe

j.       Enlai

k.     Lars Van den Broecke

l.        Bapak Soerjaningrat

m.  Bapak Mangoenkoesoemo

 

 

 

 

2.  Watak

a.       Deng Andipati : seorang pedagang kaya raya,pintar dan baik hati.

b.       Ibu Anna dan Elsa : istri Daeng baik hati.

c.        Anna : anka kecil,lucu,pintar,baik hati.

d.       Elsa : jahil,pintar.

e.       Kapitein Phillips : seorang pelaut yang tangguh.

f.         Ambo Uleng : seorang pelaut yang pendiam .

g.       Ahmad Karaeng (Gurutta) : seorang ulama mashyur,penulis,sabar,lembut.

h.       Sergeant Lucas : seorang opsir Belanda yang galak

i.          Bundo Upe : Cantik,putih,baik hati

j.         Enlai : suami Bundo Upe yang baik

k.       Lars Van de Broecke : mulutnya tajam dan baik hati

l.          Bapak Soerjaningrat : Pintar

m.    Bapak Mangoenkoesoemo : Pintar

 

3.  Alur

v Maju Mundur

Dalam cerita ini alur yang digunakan maju mundur.Dimana cerita ini dimulai dengan suka cita para penumpang kapal pada saat itu.Kemudian kembali pada masa lalu untuk menjelaskan mengapa Bundo Upe begitu pendiam dan tidak mau menginjakkan kaki di Batavia ,begitu juga dengan Daeng yang begitu membenci ayahnya,Umbo yang kehilangan kekasih hati,Mbah Kangkung Slamet yang mengenai cinta sejatinya dan Gurutta yang merasa bahwa dia seorang yang munafik.Dan akhirnya kembali maju dengan menceritkan perjalanan mereka setelah di jeda kemudian kembali lagi ke Indonesia.Begitu juga dengan Umbo yang berjodoh dengan gadis yang ia cintai.

 

 

4.  Tema

v Kehidupan di atas kapal

v Cerita pilu di masa lalu

 

5.  Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunkan adalah sudut pandang campuran . “Aku yakin bukan karena kau Lars”.Gurutta menggeleng,namun selepas soal itu,yang penting Ambo Uleng sudah di temukan.Kondisinya terus membaik.Aku sempat dua kali siang tadi ke ruang perawatan.Tapi dia tertidur,jadi tidak bisa mengajaknya bicara.

 

 

C.              Unsur Ekstriksik

 

v Tentang Penulisan

Darwis Tere Liye atau lebih dikenal dengan nama tereliye adalah seorang penulis novel yang berasal dari pedalaman Sumatera Selatan .Lahir dari keluarga sederhana pada tahun 1979,ia lulusan dari fakultas ekonom Universitas Indonesia ia sudah banyak mengeluarkan karyanya yang best seller diantaranya adalah Moga Bunda di Sayang Allah,Bidadari-bidadari Surga,Senja bersama Rosi,Rindu dan masih banyak lgi karyanya yang lain.

 

D.        Isi Novel

Cerita ini bermula dari suatu pagi di penghujung tahun 1938.Tepatnya pada tanggal 1 Desember 1938,bertepatan dengan  9 syawal 1357 H.Matahari baru sepenggalah naik pagi itu,sebuah kapal besar merapat di Pelabuhan Makassar.

Tidak banyak orang yang mengiangatnya,tapi tahun 1938 adalah salah satu tahun bersejarah bagi Indonesia.Masih menggunakan nama Hindia-Belanda,Indonesia mengikuti Piala Dunia 1938 di Prancis untuk pertama kali –sekaligus sekali-sekalinya sampai kini.

Sementara itu,dibelahan Eropa,Hitler menyerang Austria.Benih-benih Perang Dunia II mulai di semai.Dikawasan Asia Psifik, Jepang dan China terlibat perang besar memperebutkanKonton dan Shanghai.Indonesia masih dikuasai oleh Belanda- masih tujuh tahun lagi 1945,saat proklamasi kemerdekaan.

Tahun 1938,dengan kegagalan Gubernur Maluku,Gubernur Jenderal de Jonge,pemimpin pemerintah kolonial Belanda di Batavia memutuskan membentuk tiga provinsi baru atas eilandgewest ,tanah jajahannya.Pertama,Sumatera dengan Ibukota Medan.Kedua Borneo dengan Ibukota Kota Baru.Ketiga Timur Besar (Celebes) dengan Ibukota Makassar.

Akan tetapi,isah ini bukan tentang hal-hal besar itu.Apalagi tentang sepakbola.Bukan.Kisah ini lebih sederhana,tapui tetap bersejarah-setidaknya bagi semua orang  yang terlibat di dalamnya.Ini kisah tentang perjalanan.Dan sebagaimana lazim-nya sebuah perjalanan,selalu disertai dengan  pertanyaan-pertanyaan.

Suara peluit tanda kapal siap berlabuh terdengar nyaring.Kapten Phillips berdiri di ruang kemudi ,mengawasi penuh.Pukul setengah enam, setelah sepanjang hari menghadapi  cuaca buruk,Kapal Blitar Holland akhirnya tiba di pelabuhan Bengkulu.Tetap di selimuti hujan ,ombak tinggi,dan angin kencang.Tapi dengan berlabuh,kapal akan terikat mantap di dermaga.

Itu proses berlabuh dengan penonton paling sedikit.Penumpang hanya menyaksikan lewat jendela bundar kabin.Tidak ada yang berminat berdiri di dek menonton langsung.Anna dan Elsa ikut berdiri di belakang jendela,menatap ke luar.Pelabuhan Bengkulu terlihat samar oleh derasnya air hujan.Pohon-pohon kelapa, bangunan, semuanya seperti bayangan dari jauh.Tidak ada kapal besar disana, atau mungki mereka tidak bisa melihatnya karena berlabuh di sisi lain.

Kapal beringsut merapat ke dermaga.Baling-balingnya berputar rendah.Juru kemudi konsentrasi penuh, berhati-hati agar dinding kapal tidak menghantam bibir pelabuhan.Ombak tinggi membuat proses merapat lebih sulit.Persis saat dinding kapal menyentuh pelan bantalan karet dermaga, baling-baling berhenti berputar.Kelasi segera gesit, dalam siraman hujan, melemparkan tali-tamali. Petugas di pelabuahan menyambuitnya, mengikatkan tali ke tonggak besi besar.

       Lima hari kemudian,Kapal Blitar Hplland merapat di pelabuhan Jeddah (trsnsit di Aden).Berakhir sudah perjalanan 30 hari itu. Perjalanan lima hari terakhir lancar, cuaca baik. Kapal melaju dengan kecrpatan penuh. Elsa mengkhatamkan bacaan Al-Quran nyadi hari ke 28, disaksikan Gurutta dan beberapa orang dewasa lain  di mesjid kapal.

Ambo Uleng memutuskan naik haji. Ia minta izin khusus dari Kapten Phillips, dan baru kembali menjadi kelasi saat kapal itu datang dari Rotterdam tujuh bulan ke depan, saat menjemput penumpang perjalanan pulang menuju Banda Aceh hingga Makassar.

Sat turun dari kapal, Ruben si Boatswain memeluk erat teman satu kabinnya, kemudian menyerahkan sepucuk surat robek-robek yang telah di rekatkan kembali.

“Aku temukan di kotak sampah kabin kita, Ambo. Aku tahu surat ini penting bagi kau, jadi diam-diam aku satukan kembali. Simpanlah, Kawan.Seperti kau menyimpan begitu banyak hal baik dalam hidupmu. Aku sekarang paham, purnama mamang bisa bersinar indahdari seorang pemuda berkulit hitam seperti kau ini, Ambo.”

Ambo Uleng memeluk Ruben sekali lagi.

Rombongan masih melnjutkan perjalanan darat sejauh lima puluh kilometer, hingga tibalah mereka di Tanah Suci. Masjidil Haram terlihat di depan mata.

 

Bonda Upe terisak menatapnya. Lihatlah, semua kerinduan ini telah genap. Juga ribuaan jamaah lainnya, trharu melihat selubu8ng Ka’bah. Sungguh beruntung mereka telah melengkapi keberuntungan itu.

Besok lusa, setelah pulang ke Makassar, Daeng  Andipati mengunjungi enam saudaranyamemaafkan ayah mereka. Mereka bertujuh akhirya datang menziarahi makam ibu dan ayah mereka bersama-sama. Kali ini dengan perasaan lapang dan memaafkan.

Adik Anna dan Elsa lahir di atas kapal keyika perjalanan pulang, kembar, dua-duanya laki- laki seperti yang di inginkan mereka. Seluruh awak kapal menyambutnya dengan penuh suka cita. Bahkan Kapten Phillips dan perwira kapal memberikan banyak hadiah.

Perang dunia kedua meletus setahun kemudian, September 1939 hingga 1945. Gurutta Ahmad Karaeng dengan gagah berani memimpin perlawanan di Tanah Bugis. Namanya memang tidak semasyhur Syekh Yusuf atau Sultsn Hasanuddinpendahulunya. Tapi sejarah akan tetap mencatatnya, setidaknya dengan orang-orang yang telah pernah bertemu dalam hidupnya.

 

 

Terakhir

     Tas buri Anna lah yang melakukan perjalan paling jauh, melanglang dunia hingga Rotterdam. Salah satu kelasi akhirnya menemukan tas itu di sudut gudang peralatan kapal. Sepertinya kuli Pelabuhan Makassar telah slah meletakkan tas itu. Besok lusa, jika Allah menakdirkannya, tas biru itu akan kembali kepada pemiliknya, gadis kecil dengan wajah bulat menggemaskan, Anna.

 

 

 

E.   Komentar

 

Novelnya bagus, tulisan dan bahasanya sederhana dan mudah untuk dipahami. Penggunaan bahasa Belanda nya juga bisa di mengerti. Novel ini uuga layak untuk dibaca siapa saja, khususnya para remaja. Novel ini banyak memberikan pelajaran tentang menjalani kehiupan. Tetapi ada beberapa penulisan kata yang salah contohnya laik pada halaman 12. Halamannya terlalu banyak sehigga orang agak sedikit ragu untuk membacanya. Dan dia awal cerita membuat para pembaca menjadi bosan

Leave a Reply