Resensi Novel Sebening Air Mata Kayla Karya Taufiqurahman Al-Azizy

 

1.    Data buku

*    Judul                     : Sebening Air Mata Kayla

*    Penulis                   : Taufiqurrahman Al-Azizy

    Gambar dan warna :

 

 

    Penerbit             : DIVA Press (Anggota IKAPI)

    Alamat perbit    : Sampangan Gg. Perkutut

No.325-B

Jl. Wonosari, Baturetno  Bangutapan Jogyakarta

    Tahun terbit      : 2014

    Jumlah halaman : 344

    ISBN                 : 978-602-255-299-4

 

 

 

2.   Unsur intrinsik

    Tokoh

·        Kayla     : seorang gadis kecil yang sangat menyayangi ayahnya.

·        Mansyur : seorang ayah yang taat kepada agama dan menyayangi keluarganya.

·        Wiwin     : seorang ibu dan juga anak yang taat kepada perintah suami dan orang tuanya.

·        Rustam Nurul Yakin : sahabat yang senantiasa menasehati temannya dengan baik dan didasari dari hadis.

·        Mbah Yah    : seorang perempuan tua yang sudah menganggap Rustam sebagai cucunya sendiri.

·        Prapto Miharjo (Ayah Wiwin): seorang ayah yang memandang menantunya hanya dari hartanya saja.

·        Ibu Wiwin  : seorang ibu yang memandang menantunya hanya dari hartanya saja.

·        Kiai Muchotob : seorang paman yang memiliki sifat jujur dalam mengatakn keadaan perihal keponakannya.

·        Pakde Mansyur

·        Ridlo

·        Nisrina

·        Iqbal

·        Effendi

·        Ihsan

·        Kosim

·        Pak Tohar

·        Ali

·        Aqil

·        Sopir

·        Bu bidan

·        Bu Nandar

·        Bu Jamilah

·        Mbak Sofiah

·        Kang Zarkasi

·        Syaifuddin

·        Pak Badri

·        Sumardi

·        Yono

·        Edi

·        Pak Prastowo

·        Roni

·        Mbah Ambar

·        Ida Mustamiroh

·        Jodi

·        Cacuk

*    Latar

o   Latar waktu

Ø Setiap pagi, jelang adzan Shubuh.

ü Setiap pagi, jelang adzan Shubuh, lantunan ayat-ayat suci terdengar dari arah pesantren.

ü  

Ø Setelah salat zuhur.

Ø Selepas isya.

Ø Malam harinya.

o   Latar tempat

Ø Tempel sari

Ø Gubuk

Ø Sudut ruang

Ø Pesantren

Ø Rumah wiwin

Ø Rumah Mbah Yah

Ø Warung Bu Ambar

Ø Sebuah kota

Ø Jakarta

Ø Kampus kuning

Ø Jembatan

o   Latar suasana

Ø Terkejut

ü Rustam mengetahui bahwa wanita pilihan sahabatnya itu, tidak mengenakan jibab.

ü Roni memegang tangan Wiwin dan memberikan lembaran-lembaran uang ratusan ribu.

Ø Bahagia

Mansyur datang ke rumah Wiwin.

Ø Tegang

Saat ayah wiwin memutuskan menerima atau menolak lamaran dari Mansyur.

Ø Terharu

Wiwin mendengar do’a, harapan dan ketulusan hati dari mereka.

Ø Sedih

ü Mansyur meninggalkan Kayla dan istrinya, lalu memutuskan untuk pergi ke Jakarta.

ü Rustam meninggal di atas kursinya ketika ia sedang berceramah.

Ø Senang

ü Mansyur dan wiwin dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Kayla.

ü Kayla bertemu dengan ayahnya kembali.

*    Alur

Alur novel ini yaitu alur maju mundur. Karena diawali dengan keadaan sebuah pesantren dan dilanjutkan dengan kisah yang dialami tokoh sebelumnya.

*    Tema

Tema yang terdapat didalam novel ini yaitu tentang cara beragama, persahabatan, kerinduan dan kebencian.

*    Sudut pandang

Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini yaitu sudut pandang orang ketiga. Contohnya ; dia, ia, dan nama orang.

 

3.   Unsur extrinsik

*    Latar belakang pengarang

Taufiqurrahman al-Azizy, lahir pada 9 Desember 1975. Asli orang Indonesia, tepatnya Jawa Tengah. Pernah nyantri di Pesantren Ilmu al-Qur’an “Hidayatul Qur’an” yang diasuh oleh KH. Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A. Pernah pula kuliah di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jawa Tengah, Jurusan Dakwah dan Komunikasi.

Contoh novel karya Taufiqurrahman Al-Azizy yaitu:

o   Makrifat Cinta

o   Syahadat Cinta  

o   Musafir Cinta

o   Kitab Cinta Yusuf Zulaikha

o   Munajat Cinta

o   Jangan Biarkan Surau Ini Roboh

o   Sahara Nainawa

o   Sebening Air Mata Kayla

o   Kidung Shalawat Zaki dan Zulfa

o   Laki-laki yang Menggenggam Ayat-Ayat Tuhan

o   Kerling si Janda

o   Butiran Debu

*    Isi novel

Seiring perkembangan pesantren, sekolah dan kampus, semakin banyak orang berdatangan ke tempat ini. Pemuda itu mengangguk-angguk dan Mbah Yah hanya tersenyum. Namanya Rustam Nurul Yaqin.Dia lahir di pedalaman Magelang, di dekat pesantren API Tegalrejo. Rustam tidak akan melupakan tentang persahabatannya dengan Mansyur.

Mansyur mengatakan bahwa dirinya akan menikahi seorang gadis yaitu Wiwin. Awalnya, Rustam tidak menyetujui itu. Tetapi, setelah mengenal Wiwin, Rustam akhirnya memberikan dukungan kepada Mansyur. Mansyur melamar Wiwin dengan sahabat dan Kiai Muchotob dan lamaran itu diterima oleh ayah Wiwin. Setelah beberapa bulan selesai menikah, Wiwin dikaruniai seorang anak yang diberi nama Kayla.

Seiring berjalannya waktu, kakek dan nenek Kayla membenci Mansyur karena persoalan ekonomi ditambah dengan perbedaan dalam cara beragama. Hadirlah seorang pemuda dari masa lalu Wiwin yaitu Roni. Pak Prapto memaksa Mansyur agar menceraikan Wiwin. Mansyur menuruti permintaan mertuanya itu. Lalu, Roni berniat ingin melamar Wiwin. Akan tetapi, Rustam juga ingin melakukan hal yang sama. Disaat yang bersamaan, Roni dan Rustam melamar Wiwin. Wiwin menemui mereka dengan membawa Kayla. Ketika itu, Kayla menatap wajah Rustam. Di mata Kayla, tak ia lihat kecuali wajah ayahnya. Kayla pun memeluk Rustam dan tanpa disadari ia telah jatuh terkulai.

Akhirnya, lamaran Rustamlah yang diterima.  Suatu siang, beberapa bulan kemudian, tibalah surat ditangan Mansyur dari Rustam. Di acara Isra’ Miraj, Rustam membawa Wiwin dan Kayla ke tempat Mansyur. Kayla mendekap ayahnya dan mengalirkan air matanya. Mansyur pun mengalirkan air matanya. Rustam tak sanggup melihat adegan itu, sedangkan Wiwin merasa sudah tidak ada lagi menjejak tanah.

Acar Isra Miraj itu pun segera dimulai. Rustam menceritakan perjalanan Rasulullah SAW. di malam yang penuh berkah itu. Di tengah ceramahnya, tiba-tiba kepala Rustam terkulai. Rustam meninggal di atas kursinya.

Hari demi hari berlalu. Ketika itu Mansyur menerima surat yang ditulis almarhum Rustam untuknya.Surat itu diberikan Wiwin, dan dihadapan semua orang, Mansyur pun membacakannya. Isi surat itu adalah pemberian harta yang dimiliki Rustam  kepada Mansyur termasuk permintaannya agar Mansyur menerima Wiwin kembali.

*    Kelebihan novel

Novel ini memberikan pelajaran kepada pembaca bahwa menilai seseorang bukan dari hartanya melainkan dari kepribadiannya. Dan jangan pernah menghina atau mengejek kepada orang miskin, karena mungkin disisi Allah ia lebih baik dari kita dan masih banyak lagi manfaatnya.

*    Kekurangan novel

Di dalam novel ini, kurangnya gambar-gambar yang membuat pembaca lebih tertarik membacanya. Dalam akhir novel ini, ceritanya masih kurang belum sampai final.

*    Komentar

Novel ini layak dibaca oleh semua kalangan. Karena dapat memotivasi pembaca agar tidak salah dalam menilai seseorang. Dan juga tentang menghargai persahabatan.

*    Saran

Sebaiknya novel ini dilengkapi dengan gambar, sehingga dapat membuat pembaca lebih tertarik untuk membacanya.

 

 

Leave a Reply