Resensi Novel Siti Nurbaya

250px-Sitti_Nurbaya_(sampul_depan)Judul                      : Siti Nurbaya

Tema                      : Kasih Tak Sampai

Pengarang              : Marah Rusli

Penerbit                  : Balai Pustaka

Tahun Terbit         : 1922

Tebal Buku            : 291 Cetakan ke-45

Warna Kulit          : Coklat Muda

 

Siti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli, seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam ilmu kedokteran hewan. Novel ini bercerita tentang sepasang remaja yang jatuh cinta. Yakni Samsul Bahri dan Siti Nurbaya. Samsul Bahri merupakan anak dari bangsawan Mahmud Syah, sedangkan Siti Nurbaya merupakan anak dari Baginda Sulaiman. Mereka berdua adalah tetangga sekaligus teman sekelas yang masih remaja. Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsul Bahri mengaku bahwa dia hendak ke Kota Batavia (sekarang Jakarta). Karena diusir ayahnya disebabkan perbuatan Samsul Bahri sendiri. Sementara Datuk Maringgih, yang iri hati atas kekayaan Sulaiman dan takut kalah saing dengannya.

Mengkhawatirkan persaingan bisnis tersebut Datuk Maringgih berusaha untuk menjatuhkannya. Akhirnya Datuk Maringgih mengutus anak buahnya untuk menghancurkan hak milik Sulaiman yang membuatnya menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Datuk Maringgih. Ketika Maringgih datang menagih hutang itu untuk dilunasi, Siti Nurbaya menawarkan diri sebagai istrinya dengan syarat hutang ayahnya harus dianggap lunas. Datuk Maringgih menyetujuinya.

Siti Nurbaya menulis surat kepada Samsul Bahri yang mengatakan mereka tidak dapat bersama lagi. Namun setelah muak dengan watak Datuk Maringgih yang kasar itu. Nurbaya melarikan diri ke Batavia supaya bisa bersama dengan Samsul Bahri. Novel ini menceritakan tentang kehidupan (adat istiadat) masyarakat Minangkabau pada waktu itu. Pengarang menuliskan tokoh-tokoh yang juga membantu pembaca lebih memahami isi buku. Novel ini juga mengandung nilai moral. Selain itu novel ini pernah dibandingkan dengan novel Romeo dan Julia karya William Shakespeare serta legenda Cina Sampek Engtay.

Bahasa yang digunakan masih sulit dipahami oleh masyarakat awam, karena penyusunan kalimatnya kurang teliti sehingga banyak pemborosan kata sehingga membuat pembaca bingung.

 

 

Leave a Reply