Tugas Bahasa Indonesia ” Buku Cetak ”

TUGAS BAHASA INDONESIA
TENTANG TEKS BIOGRAFI

*HALAMAN : 214

1) Mengapa teks tersebut tergolong ke dalam biografi?
Jawaban :
Karena teks tersebut menceritakan kisah hidup seorang tokoh terkenal.

2) Apakah isi dari teks biografi tersebut?
Jawaban :
Isinya adalah teks tersebut menceritakan tentang kisah Buya Hamka dari kecil hingga menjadi sastrawan yang terkenal.

3) Bagaimanakah pola penyajian teks tersebut?
Jawaban :

4) Siapakah  nama tokoh yang biografinya sedang dibacakan?
Jawaban :
Prof. DR. Hj Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan Buya Hamka.

5) Apa perannya sehingga ia layak dibuatkan biografi?
Jawaban :
Perannya adalah Buya Hamka membawa pengaruh besar terhadap kemajuan dibidang sastra melalui syair nya , puisinya , dan cerita yang dia buat. Sehingga karya-karya diketahui semua orang. Oleh karena itu dia layak dibuatkan biografinya.

6) Bagaimana masa kecilnya?
Jawaban :
Hamka lahir di Maninjau , Tanjung Raya , Kabupaten Agam , Sumatera Barat , 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta , 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.
Hamka mendapat pendidikan rendah pada usia 7 tahun di SD Maninjau selama 2 tahun. Ketika usianya mencapai 10 tahun , ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Kemudian Hamka mempelajari agama dan bahasa arab disitu.

7) Bagaimana masa mudanya ?
Jawaban :
Beranjak dewasa, setelah nekat berhaji dengan bekal seadanya dan menuntut ilmu di Tanah Suci, Malik—panggilan kecil Hamka—berubah pikiran. Dia tidak ingin menetap di Makkah, melainkan memutuskan balik setelah dipengaruhi Haji Agus Salim.
 
Hamka memilih jalan untuk berkiprah di negeri sendiri, merintis menjadi penulis dan pujangga. Sementara itu, bekal yang ia peroleh selama perantauan keliling Nusantara mengukuhkan kecakapannya sebagai seorang ulama.

8) Kesulitan atau masalah apa yang pernah dialaminya ?
Jawaban :
Pada kekacuan politik karena komunis pada tahun  30 September 1965 dan dibebaskan pada bulan Mei 1966.

9)Bagaimana ia mengatasi kesulitan kesulitan itu?
Jawaban :

Hamka hanya berserah diri kepada Allah SWT dan Hamka membaca al-qur’an pada msa penahanan baru 5 hari dan dia sudah menamatkannya 3 kali.

10) Karya apa saja yang telah dibuatnya?
Jawaban :
1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2. Si Sabariah. (1928)
3. Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4. Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5. Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6. Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7. Hikmat Isra’ dan Mikraj.
8. Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10.Majallah ‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
11. Majallah Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12.Mati mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13.Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14.Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15.Di Dalam Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16.Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17.Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940.
18.Tuan Direktur 1939.
19.Dijemput mamaknya,1939.
20.Keadilan Ilahy 1939

11) Apabila bertemu dengan tokoh tersebut , apa yang akan kamu lakukan atau tanyakan ?
Jawaban :
Saya ingin bertanya apa alasan Buya Hamka menjadi seorang sastrawan. Dan saya ingin berfoto bersamanya.

* HALAMAN  215-216

1) ORIENTASI
Prof. Dr. Hj. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya, adalah sastrawan Indonesia sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011. Beliau lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.

Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karenanya dia dijuluki sebagai Hamzah Fasuridi era modern. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.

Ayahnya adalah Haji Abdul Karim bin Amrullah, yang merupakan pendiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Sementara ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya

Hamka mendapat pendidikan rendah pada usia 7 tahun di Sekolah Dasar Maninjau selama dua tahun. Ketika usianya mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka kemudian mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Melalui sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah seorang gurunya, Engku Dt. Sinaro, bersama dengan Engku Zainuddin, Hamka diizinkan untuk membaca buku-buku yang ada diperpustakaan tersebut, baik buku agama maupun sastra.

Hamka mulai meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di Pulau Jawa, sekaligus ingin mengunjungi kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur yang tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah. Untuk itu, Hamka kemudian ditumpangkan dengan Marah Intan, seorang saudagar Minangkabau  yang hendak ke Yogyakarta. Sesampainya di Yogyakarta, ia tidak langsung ke Pekalongan. Untuk sementara waktu, ia tinggal bersama adik ayahnya, Ja’far Amrullah di kelurahan Ngampilan, Yogyakarta.. Barulah pada tahun 1925, ia berangkat ke Pekalongan, dan tinggal selama enam bulan bersama iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur. Pada tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam suatu rapat adat niniak mamak nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo, memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan gelar pusaka turun temurun dalam suku Tanjung.

Pada tahun 1950, Hamka kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Pada tanggal 5 April 1929, Hamka dinikahkan dengan Siti Raham binti Endah Sutan, yang merupakan anak dari salah satu saudara laki-laki ibunya. Dari perkawinannya dengan Siti Raham, ia dikaruniai 11 orang anak. Mereka antara lain Hisyam, Zaky, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syakib. Setelah istrinya meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1973, ia menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Hj. Siti Khadijah.

2. PERISTIWA PERISTIWA PENTING
Pada Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Akan tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa tempat tersebut tidak sesuai baginya. Atas desakan kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota konstituante. Sikapnya yang konsisten terhadap agama, menyebabkannya acapkali berhadapan dengan berbagai rintangan, terutama terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari tahun 1964 sampai 1966. Pada awalnya, Hamka diasingkan ke Sukabumi, kemudian ke Puncak, Megamendung, dan terakhir dirawat di rumah sakit Persahabatan Rawamangun, sebagai tawanan. Di dalam penjara ia mulai menulisTafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.

Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia. Semasa jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan mengecam kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal bersama umat Nasrani. Meskipun pemerintah mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut dengan diiringi berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya. Akan tetapi, pada tanggal 19 Mei 1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena fatwanya yang tidak kunjung dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.

Sastrawan

Hamka juga merupakan seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti.

Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der WijckDi Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun internasional.

3) REORIENTASI

 Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Jasanya bukan hanya diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan di Malaysia dan Singapura.

*HALAMAN 223-224.
Aspek :
1) Alur cerita semuanya maju : Cerita diawali dengan identitas tokoh Buya Hamka dan kedua orang tuanya , lalu perjalanan pendidikannya diluar pulau sumatera. Di bagian ini juga disebutkan anak dari Hamka dan istrinya. Istri pertama Hamka meninggal lalu setengah tahun kemudian Hamka menikah lagi dengan Hj. Siti Khadijah. Hamka mengawali hidupnya sebagai guru agama dipadang panjang pada tahun 1927. Kemudian ia mendirfikan cabang Muhammdiyah di Padang Panjang. Kemudian Hamka pernah terpilih menjadi anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Dan Hamka pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia. Hamka juga merupkan seorang sastrawan, penulis , editor , dan penerbit pada tahun 1920-an. Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra , sejarah , sosiologi , dan politik. Hamka meninggal pada 24 Juli 1981 dalam usia 73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir , Jakarta Selatan.

2) Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu.

3) Gaya penulisan : Deskriptif naratif.

4) Fokus penceritaan : Keberhasilan karier.

* HALAMAN 225-226.

1) Kutipan Teks Biografi : ‘’ Jasanya bukan hanya diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan di Malaysia dan Singapura.’’

Kepribadian unggul : Seorang panutan.

2) Kutipan Teks Biografi : ’’ Sikapnya yang konsisten terhadap agama, menyebabkannya acapkali berhadapan dengan berbagai rintangan, terutama terhadap beberapa kebijakan pemerintah. Keteguhan sikapnya ini membuatnya dipenjarakan oleh Soekarno dari tahun 1964 sampai 1966’’.

Kepribadian Unggul : Teguh terhadap pendirian.

3) Kutipan Teks Biografi : ‘’Ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang dan mengetuai cabang Muhammadiyah tersebut pada tahun 1928. Pada tahun 1931, ia diundang ke Bengkalis untuk kembali mendirikan cabang Muhammadiyah. Dari sana ia melanjutkan perjalanan ke Bagansiapiapi, Labuhan Bilik, Medan, dan Tebing Tinggi, sebagai mubaligh Muhammadiyah’’.

Kepribadian unggul : Tidak hentinya menyiarkan agama islam.

4) Kutipan Teks Biografi : ‘’ Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar. Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der WijckDi Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli juga menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima, baik peringkat nasional maupun internasional.’’

Kepribadian unggul : Seorang filsafat yang patut diacungi jempol karya-karya nya.

*HALAMAN 230.

1) Kutipan Teks : ‘’ Prof. Dr. Hj. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni singkatan namanya, adalah sastrawan Indonesia sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011. Beliau lahir di Maninjau, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun’’.

Pokok Informasi : Hamka lahir di Maninjau , Tanjung Raya , Kab. Agam , 17 Februari 1908 dan wafat pada tanggal 24 Juli 1991 pada umur 73 tahun di Jakarta.

2) Kutipan Teks : ‘’ Ayahnya adalah Haji Abdul Karim bin Amrullah, yang merupakan pendiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Sementara ibunya adalah Siti Shafiyah Tanjung. Dalam silsilah Minangkabau, ia berasal dari suku Tanjung, sebagaimana suku ibunya. Hamka mendapat pendidikan rendah pada usia 7 tahun di Sekolah Dasar Maninjau selama dua tahun. Ketika usianya mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka kemudian mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Melalui sebuah perpustakaan yang dimiliki oleh salah seorang gurunya, Engku Dt. Sinaro, bersama dengan Engku Zainuddin, Hamka diizinkan untuk membaca buku-buku yang ada diperpustakaan tersebut, baik buku agama maupun sastra’’.

Pokok informasi : Nama orang tua Hamka dan bagaimana seorang Hamka kecil.

3) Kutipan Teks : ‘’ Pada tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam suatu rapat adat niniak mamak nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo, memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan gelar pusaka turun temurun dalam suku Tanjung. Pada tahun 1950, Hamka kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya’’.

Pokok informasi : Hamka mendapatkan gelar pusaka turun temurun dalam suku tanjung.

4) Kutipan Teks : ‘’ Hamka juga merupakan seorang wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti. Jasanya bukan hanya diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara kelahirannya, bahkan di Malaysia dan Singapura’’.

Pokok informasi : Hamka sebagai seorang filsafat Indonesia yang dikenal hingga Negara tetangga kita.

*HALAMAN 232

1)Cara penggambaran karakter unggul tokoh
=> Kutipan biografi ‘’
Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karenanya dia dijuluki sebagai Hamzah Fasuridi era modern. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.’’

2) Cara tidak langsung.
=> Kutipan biografi ‘’ Pada tahun 1950, setalah menunaikan ibadah haji untuk kedua kalinya, Hamka melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab. Di sana, ia dapat bertemu langsung dengan Thaha Husein dan Fikri Abadah. Sepulangnya dari kunjungan tersebut, ia mengarang beberapa buku roman. Di antaranya Mandi Cahaya di Tanah SuciDi Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Dajlah.’’

3) Cara deskripsi melalui tindakan tokoh.
=> Kutipan biografi ‘’  Hamka diangkat sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia. Semasa jabatannya, Hamka mengeluarkan fatwa yang bersisi penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan RUU Perkawinan tahun 1973, dan mengecam kebijakan diperbolehkannya merayakan Natal bersama umat Nasrani. Meskipun pemerintah mendesaknya untuk menarik kembali fatwanya tersebut dengan diiringi berbagai ancaman, Hamka tetap teguh dengan pendiriannya. Akan tetapi, pada tanggal 19 Mei 1981, Hamka memutuskan untuk melepaskan jabatannya sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia, karena fatwanya yang tidak kunjung dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.’’

4)Cara deskripsi melalui penuturan tokoh lain.
=> Kutipan biografi ‘’ Hamka juga banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain seperti novel dan cerpen. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku romannya yang pertama dalam bahasa Minang dengan judul si Sabariah. Kemudian, ia juga menulis buku-buku lain, baik yang berbentuk roman, sejarah, biografi dan otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir al-Azhar. ‘’

*HALAMAN 233

1) * Cara tidak langsung = ‘’ Hamka merupakan salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karenanya dia dijuluki sebagai Hamzah Fasuridi era modern. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan untuk orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.’’

   * Cara langsung = ‘’ Hamka adalah salah satu orang Indonesia yang paling banyak menulis dan menerbitkan buku. Oleh karena itu dia dijuluki ‘’Fasuridi era modern’’. Dan dia sekarang di juluki dengan sebutan ‘’ buya’’, yaitu julukan untuk orang minang yang bersal dari kata abi.’’

2) * Cara tidak langsung = ‘’ Pada tahun 1927, Hamka berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Sekembalinya dari Mekkah, dalam suatu rapat adat niniak mamak nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, Engku Datuk Rajo Endah Nan Tuo, memaklumkan Hamka dengan gelar Datuk Indomo, yang merupakan gelar pusaka turun temurun dalam suku Tanjung. Pada tahun 1950, Hamka kembali ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya.’’

* Cara langsung = ‘’ Di tahun 1927 Hamka pergi kemekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Dan pada tahun 1950 , Hamka kembali ke mekkah untuk melaksanakan ibadah haji untuk yang kedua kalinya.’’

3) * Cara tidak langsung = ‘’ Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.’’

* Cara Langsung = ‘’ Di tahun 1959 Hamka mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa Melayu. Dan pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.’’

* HALAMAN 236

1) * Kutipan teks = ‘’ Pada tanggal 5 April 1929, Hamka dinikahkan dengan Siti Raham binti Endah Sutan, yang merupakan anak dari salah satu saudara laki-laki ibunya. Dari perkawinannya dengan Siti Raham, ia dikaruniai 11 orang anak. Mereka antara lain Hisyam, Zaky, Rusydi, Fakhri, Azizah, Irfan, Aliyah, Fathiyah, Hilmi, Afif, dan Syakib. Setelah istrinya meninggal dunia, satu setengah tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1973, ia menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Hj. Siti Khadijah.’’

* Analisis = a. Kata ganti ‘’ ia ‘’ untuk penyebutan nama Hamka.
                  b. Kata sambung yang menyatakan hubungan waktu yaitu kata ‘’ pada’’

2) * Kutipan teks = ‘’ Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama di Padang Panjang pada tahun 1927. Kemudian ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang dan mengetuai cabang Muhammadiyah tersebut pada tahun 1928.’’

* Analisis = a. Kata kerja tindakan yaitu ‘’ bekerja ‘’.
                b. Kata kerja mental yaitu ‘’ mendirikan ‘’.
                c. Kata ganti yaitu ‘’ ia ‘’ sebutan untuk Hamka.

3) * Kutipan teks = ‘’ Ketika di Makassar, sambil melaksanakan tugasnya sebagai seorang mubaligh Muhammadiyah, ia memanfaatkan masa baktinya dengan sebaik-baiknya, terutama dalam mengembangkan lebih jauh minat sejarahnya. Ia mencoba melacak beberapa manuskrip sejarawan muslim lokal.’’

* Analisis = a. Kata kerja mental ‘’ melaksanakan , memanfaatkan. ‘’
                  b. Kata ganti yang digunakan adalah ‘’ ia ‘’.

4) Kutipan teks = ‘’ Hamka meninggalkan Makassar dan kembali ke Padang Panjang, kemudian berangkat ke Medan. Di Medan—bersama M. Yunan Nasution—ia mendapat tawaran dari Haji Asbiran Ya’kub, dan Mohammad Rasami (mantan sekretaris Muhammadiyah Bengkalis) untuk memimpin majalah mingguan Pedoman Masyarakat. Melalui rubrik Tasawuf modern, tulisannya telah mengikat hati para pembacanya, baik masyarakat awam maupun kaum intelektual, untuk senantiasa menantikan dan membaca setiap terbitan Pedoman Masyarakat. ‘’

* Analisis = a. Kata ganti ‘’ ia ‘’
                  b. Kata kerja mental ‘’ membaca ‘’.
                  c. Kata penghubung ‘’ untuk ‘’.

5) Kutipan teks = ‘’ Pada Pemilu 1955, Hamka terpilih menjadi anggota konstituante mewakili Jawa Tengah. Akan tetapi pengangkatan tersebut ditolak karena merasa tempat tersebut tidak sesuai baginya. Atas desakan kakak iparnya, Ahmad Rasyid Sutan Mansur, akhirnya Hamka menerima untuk diangkat menjadi anggota konstituante.’’

* Analisis = a. Kata kerja tindakan ‘’ mewakili ‘’.
                  b. Kata Konjungsi ‘’ akan tetapi’’.
                  c. Kata konjungsi ‘’ karena ‘’.
                 

 

 

Leave a Reply