Resensi Novel Victor Frankenstein

RESENSI NOVEL VICTOR FRANKENSTEIN

 

IDENTITAS BUKU

a. Judul : Victor Frankenstein

b. Pengarang : Mary Shelley

c. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

d. Cetakan ke- : 6 Desember 2015

e. Tahun terbit pertama kali : 11 Maret 1818

f. Jenis : Fiksi/Novel

g. Jumlah halaman : 312

h. Ukuran buku : 20 cm x 13,5 cm

i. Tebal buku : 2 cm

j. Jenis kertas : Bookpaper

k. Bahasa : Indonesia

l. Genre : Horor, Ilmu Pengetahuan.

m. ISBN : 978-602-03-2417-3

 

SINOPSIS

     Dokter Victor Frankenstein ingin menciptakan makhluk sempurna dengan menggabungkan ilmu pengetahuan dan ilmu gaib. Dari sisa-sisa tubuh orang mati, ia membuat makhluk raksasa dengan kekuatan luar biasa… dan menghidupkannya. Tetapi ketika makhluk itu membuka mata, Frankenstein melarikan diri dengan rasa takut yang amat sangat.

     Makhluk itu pun keluar ke dunia ramai, berusaha mencari teman dan cinta, namun yang diperolehnya justru kebencian dan ketakutan, maka ia pun bersumpah akan membalas dendam pada sang pencipta yang telah memberikan napas hidup baginya. Dengan kekuatannya yang luar biasa, ia berkelana hingga ke ujung dunia… untuk menghancurkan semua orang yang dicintai Frankenstein.

 

RINGKASAN

        Novel dimulai dengan surat-surat Robert Walton yang dikirim kepada adiknya, Margaret. Walton menceritakan tentang ekspedisinya dalam rangka mencari penemuan baru di Kutub Utara. Ia menyewa kapal beserta awak-awaknya yang bisa diandalkan. Semakin ke utara, kapal Walton terjebak di tengah-tengah lautan yang membeku. Beberapa jam barulah es pecah. Keesokan paginya, ia menemukan seseorang terapung di atas bongkahan es yang hanyut ke kapalnya. Walton menolong orang ini dan merawatnya di kapal. Orang inilah Victor Frankenstein. Saat kondisi Victor membaik, ia ceritakan kisah hidupnya kepada Walton.

        Victor adalah warga Jenewa yang haus akan ilmu pengetahuan. Ia punya orang-orang yang sangat menyayanginya dan sangat ia cintai: Ayah, Ibu, dua adiknya bernama Ernest dan William, saudara sepupu yang cantik bernama Elizabeth, seorang sahabat bernama Henry Clerval, dan Justine Moritz, seorang pelayan yang sudah ia anggap seperti adik sendiri. Saat Victor akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Ingolstadt, hal buruk menimpa keluarganya. Elizabeth sakit berat, Ibunya merawat Elizabeth dengan penuh ketekunan. Elizabeth akhirnya sembuh, namun justru Ibunya yang akhirnya sakit, dan berujung kematian. Setelah mereka lepas dari kesedihan yang mendalam, Victor pergi ke Ingolstadt. Didikan orang-orang hebat di Perguruan Tinggi serta kegigihannya yang luar biasa membuat Victor maju pesat. Ia menjadi orang nomor satu di sana. Lewat penelitiannya, ia bahkan menemukan sesuatu yang tak pernah berhasil ditemukan ilmuan mana pun, yaitu memberikan kehidupan pada benda mati. Dengan penemuannya itu, ia berambisi menciptakan manusia lewat potongan mayat manusia.

        Victor bekerja keras tanpa kenal lelah. Dan akhirnya makhluk ciptaannya hidup. Namun penampilannya yang buruk rupa dan mengerikan layaknya monster, Victor merasa jijik. Ia kecewa dengan hasil kerja kerasnya, dan pergi ke kamar tidur untuk menenangkan pikiran. Saat Victor terbangun tengah malam karena mimpi buruk, makhluk ciptaannya sudah ada di depannya. Makhluk itu mencoba berbicara dan tersenyum. Tapi justru membuat Victor ketakutan luar biasa. Ia lari keluar apartemen. Keesokan paginya, di Stasiun kereta, ia dikejutkan dengan kedatangan Clerval. Clerval pergi ke Ingolstadt untuk mengetahui kondisinya yang tak pernah memberikan kabar lewat surat, juga untuk belajar sastra di perguruan tinggi. Beruntung makhluk ciptaannya tadi sudah tidak ada di apartemennya. Tapi Victor jatuh sakit karena beban batin yang ia tanggung. Clerval merawatnya hingga ia pulih kembali.

        Saat ia sudah pulih, kabar buruk ia terima dari surat ayahnya: William, adik bungsunya, meninggal. Seseorang dengan kejam telah mencekik lehernya ketika ia sedang bermain di luar rumah. Victor pun pulang ke Jenewa. Ia sampai di Jenewa pada tengah malam, tidak bisa masuk karena pintu gerbang sudah ditutup. Ia berjalan-jalan dan tanpa sengaja melihat makhluk ciptaannya. Saat itulah ia tahu, siapa yang membunuh adiknya. Pagi harinya ia pulang ke rumah. Dari keluarganya, ia tahu bahwa Justine Moritz dituduh sebagai pelaku karena saat kejadian tidak ada di rumah, menunjukkan sikap yang aneh, dan sebuah barang bukti yaitu kalung yang sebelumnya dikenakan William ditemukan di pakaian yang ia pakai saat kejadian. Tapi Victor tak bisa apa-apa. Ia tak mungkin menceritakan soal makhluk ciptaannya, tidak akan ada yang percaya, dan dirinya hanya dianggap gila. Justine akhirnya diberi hukuman mati. Semua penghuni rumah seperti diterpa badai kesedihan yang tidak ada habisnya. Victor merasa sangat bersalah, ia sadar ialah sebenarnya penyebab kematian William dan Justine. Kemarahannya pada makhluk ciptaannya semakin menjadi.

Untuk menenangkan pikiran, ia pergi ke lembah. Di situ, ia bertemu dengan makhluk ciptaannya. Makhluk itu memintanya menciptakan pasangan, seorang perempuan yang sama buruk rupanya dengannya. Dengan itu ia tak akan kesepian lagi, dan berjanji tidak akan lagi muncul di hadapan manusia. Bila tidak, makhluk itu bersumpah akan membuat hidup Victor menderita, sebagaimana penderitaan yang ia rasakan. Makhluk itu pun menceritakan kisahnya kepada Victor.

        Makhluk itu mengembara dari hutan ke hutan sambil belajar tentang makanan dan api. Ketika berada di perkampungan, ia beberapa kali menolong manusia, namun orang-orang ketakutan dan menyerangnya. Saat musim dingin, ia menemukan sebuah kandang kosong yang menempel di sebuah rumah. Di situlah ia tinggal tanpa diketahui penghuni rumah. Penghuni rumah adalah orang-orang yang baik, ia mengetahui itu dari pengintaiannya melalui sebuah lubang. Dari pengintaiannya itu pula, ia belajar berbahasa dan kebajikan. Monster itu sangat ingin menunjukkan diri kepada para penghuni rumah dan berbagi persahabatan serta kebaikan, namun ia masih tak berani mengingat rupanya yang buruk. Ia harus lebih banyak belajar lagi, agar saat menampakkan diri nanti para penghuni rumah akan memercayainya dan tidak memedulikan rupanya yang mengerikan. Kemudian tibalah waktunya ia menunjukkan dirinya pada penghuni rumah. Tetapi para penghuni rumah langsung menjerit ketakutan dan menyerangnya. Ia pun lari. Sejak saat itu, ia benci dengan manusia. Kini ia benar-benar kesepian. Tujuannya kemudian adalah mencari penciptanya. Ia mendapat petunjuk lewat kertas catatan penciptanya di baju yang ia kenakan dari apartemen penciptanya. Ia lalu pergi ke Jenewa, membunuh William saat ia tahu William adalah keluarga Victor, serta dengan licik memasukkan kalung yang dipakai William ke pakaian seorang gadis yang sedang tidur di sebuah kandang.

        Karena takut kehilangan keluarganya, Victor akhirnya menyetujui perjanjiannya dengan makhluk itu. Ia membuat alasan agar diperbolehkan ke Inggris, di sana ia akan menciptakan lagi seorang makhluk mengerikan meski dengan sangat terpaksa. Ia juga berjanji pada ayahnya akan menikah dengan Elizabeth sekembalinya nanti. Clerval ikut bersamanya. Victor kemudian meminta Clerval agar berpisah sehingga ia bisa melakukan pekerjaannya tanpa diketahui siapa pun. Victor pergi ke sebuah pulau terpencil dan mulai menciptakan satu lagi makhluk mengerikan. Tapi saat pekerjaannya hampir selesai, ia berubah pikiran. Menurutnya, satu monster saja sudah banyak menimbulkan kejahatan, apalagi jika nanti ada dua. Ia pun menghancurkan makhluk yang belum selesai itu. Si monster yang terus mengintai dan mengikutinya secara sembunyi-sembunyi marah besar. Makhluk itu bersumpah akan datang saat malam pernikahan Victor nanti, lalu pergi.

Beberapa hari kemudian Victor berlayar untuk pulang. Angin membawa perahunya ke sebuah daratan yang tidak ia kenali. Tapi orang-orang di pulau itu membencinya tanpa ia tahu kenapa. Ternyata, ia menjadi tersangka pembunuhan di pulau itu. Ia dibawa ke hakim setempat. Saat hakim itu menyuruhnya melihat wajah korban untuk mengetahui reaksinya, Victor langsung jatuh lunglai dan pingsan. Orang yang dibunuh dengan cekikan itu ternyata Clerval, sahabatnya sendiri. Beberapa bulan dalam tahanan, akhirnya kondisi Victor membaik. Ditambah dengan kedatangan Ayahnya. Di persidangan, Victor diputuskan tidak bersalah karena terbukti pada saat kejadian ia berada di sebuah pulau. Lalu bersama Ayahnya ia pulang ke Jenewa.

        Sesuai janjinya, diaturlah tanggal pernikahan dengan Elizabeth. Ia gembira karena akan menikah dengan orang yang sangat disayanginya dan sangat menyayanginya, namun juga sangat sedih. Ia tahu, malam pernikahannya nanti makhluk itu akan mendatanginya. Pernikahan tetap dilangsungkan, dan ia berjanji akan menceritakan rahasianya itu pada Elizabeth sehari setelah pernikahan mereka nanti. Setelah pernikahan dilangsungkan, mereka pergi ke sebuah penginapan yang berada di tepi danau. Victor belum menceritakan rahasianya pada istrinya, ia hanya bisa menyuruh Elizabeth masuk ke kamar dan ia berjaga-jaga dengan pistol di tangan. Tapi yang kemudian ia dengar adalah pekikan keras dari kamar tempat istrinya berada. Saat ia menghambur ke kamar, Elizabeth sudah tidak bernyawa. Ia pun jatuh pingsan. Ayahnya yang mengetahui kabar itu, tak sanggup lagi menanggung tekanan, ia kemudian meninggal.

        Hari-hari Victor dihabiskan dengan pengejarannya terhadap makhluk yang telah merenggut nyawa orang-orang yang ia cintai itu. Sampai ke Kutub Utara. Di kapal Walton, dengan kondisi kesehatan yang merosot, Victor menutup matanya untuk selama-lamanya tanpa sempat menunaikan hasratnya. Sebelum meninggal, ia hanya bisa meminta Walton agar membalaskan dendamnya. Walton bertemu dengan makhluk itu ketika makhluk itu mendatangi jenazah Victor, tapi tak sempat membunuhnya. Makhluk itu bercerita dengan menyesal dan sedih pada Walton. Lalu makhluk itu melompat dari jendela kapal dan mendarat di atas rakit es, lalu lenyap dalam gelap di kejauhan.

 

KESIMPULAN:

        Frankenstein berkisah tentang Victor, seorang ilmuwan Swiss, yang lahir di Jenewa dan dibesarkan orang tuanya untuk memahami dunia lewat ilmu pengetahuan. Ketika kanak-kanak, ia melihat petir menyambar pohon, lalu bertanya-tanya itukah sumber kehidupan? Apakah manusia dapat menciptakan manusia lain? Si Victor yang gila pun mulai bekerja untuk meniru ciptaan terbesar Tuhan. Ia membuat monster dari serpihan dan potongan tubuh orang mati. Serpihan dan potongan tubuh itu disatukan dengan cara dijahit bersama, dan dihidupkan lagi menggunakan listrik dari petir. Tak perlu dikatakan, terlepas dari semua yang telah dilakukannya, eksperimen itu jadi lepas kendali.

 

KELEBIHAN

Cover novel ini sangat menarik yaitu 2 tokoh utama dalam film Frankenstein serta ada sebuah mayat. Tidak seperti cetakan pertama yang berwarna hitam polos ditambah tulisan merah pada judul. Jenis kertas yang digunakan adalah bookpaper. Bookpaper ringan, nyaman, dan memiliki warna kekuning-kuningan yang hangat.

 

KEKURANGAN

Bookpaper lebih mahal daripada kertas koran sehingga harga novel jadi lebih mahal. Isi cerita ada yang kurang detail seperti saat pembuatan makhluk yang dibuat Victor.

 

I. UNSUR INTRINSIK

1. Tema : Kegagalan seorang ilmuan

2. Tokoh dan Penokohan

•Victor Frankenstein : Tokoh utama yang haus akan ilmu pengetahuan dan mencoba menciptakan manusia.

Watak: Penuh semangat dan hasrat yang kuat, sangat berminat dan haus ilmu pengetahuan, keras, penyayang, pemurung, gila.

•Monster : Makhluk yang diciptakan oleh Victor. Selalu ingin melihat Victor menderita karena telah menciptakannya seperti monster.

Watak: Awalnya baik, hangat, penuh kasih sayang, suka menolong. Namun karena kesedihan dan kebencian yang ia terima, dia pun berubah menjadi jahat.

•Elizabeth Lavenza : Anak seorang bangsawan Milan yang kemudian menjadi anak yatim piatu. Lalu diserahkan kepada seorang petani miskin dan istrinya untuk dirawat. Kemudian ia diangkat menjadi anak oleh orangtua Victor dan menjadi saudara sepupu Victor.

Watak : Hangat, baik, manis, perhatian, penuh kasih sayang, tenang, lembut, dermawan.

•Henry Clerval : Putra seorang saudagar di Jenewa dan sahabat Victor.

Watak : Baik, lembut, unik, suka petualangan, perhatian, penyayang, peduli, dermawan.

•Ayah Victor: Sabar, penyayang, dermawan.

•Ibu Victor : Anak dari sahabat Ayah Victor yang kemudian menikah.

  • Watak : Tenang, penyayang, lembut, dermawan, sabar, tekun, kurang hati-hati.

•Ernest : Adik Victor yang pertama.

Watak : Penuh aktivitas dan semangat.

•William : Adik Victor yang kedua.

Watak: Penuh senyum, manis, penyayang.

•Justine Moritz : Pelayan di keluarga Victor.

Watak: Pintar, periang, lemah lembut, tidak peduli, penuh kasih sayang, tekun, pembohong.

•Robert Walton : Orang yang menceritakan kembali kisah Victor yang juga haus ilmu pengetahuan.

Watak: Peduli, penyayang.

 

3.  Setting

a) Latar Waktu : Pagi, Siang, Sore, dan Malam.

b) Latar Tempat : Rumah Victor, Jenawa, Belrive, Sungai Reuss, Universitas Ingolstadt, Inggris, Swis, Switzerland, Paris, Penjara, Skotlandia, Lembah, kapal, Kutub Utara.

c) Latar suasana: Menegangkan, Mengharukan.

 

4. Alur : Alur mundur dan alur maju. 

5. Sudut pandang : Orang pertama pelaku utama.

6. Amanat

Jangan berusaha berperan sebagai Tuhan. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membuat manusia dengan sempurna, karena daya fikir dan kemampuan manusia tidak mungkin mampu menyamai Tuhan. Setiap perbuatan pasti ada akibatnya. Pikirkan dahulu resikonya sebelum bertindak. Dan bertanggung jawablah atas setiap perbuatanmu.

 

II. UNSUR EKSTRINSIK

1. Nilai Sosial

– Menolong orang yang sakit : Ibu Victor merawat Elizabeth dengan penuh kesabaran dan ketekunan.

2. Nilai Pendidikan

– Memiliki kemauan yang keras : Victor tekun mempelajari ilmu pengetahuan hingga berhasil menciptakan seorang makhluk seperti monster.

3. Nilai estetika :

Pemandangan alam indah yang mengelilingi rumah kami di Swiss, pegunungan yang tenteram, perubahan musim, badai atau suasana tenang, kesunyian musim dingin, serta kehidupan musim panas yang ramai dan ribut di pegunungan Alpen memberikan cukup banyak hal untuk dikagumi dan membuatnya bahagia.

 

TENTANG PENGARANG

Mary Shelley lahir pada tanggal 30 Agustus 1979, putri William Godwin, seorang pemikir dan pengarang terkenal pada zamannnya. Ibunya, Mary Wollstonecraft, adalah wanita yang cerdas, seorang penganjur feminis terkemuka. Ia meninggal dua minggu setelah melahirkan Mary. Meski tak pernah mengenal ibunya, kenangan serta reputasi Mary Wollstonecraft menjadi salah satu faktor penting dalam hidup Mary Shelley.

Pada tahun 1801, William Godwin menikah kembali. Hubungan Mary Shelley dan ibu tirinya, Mary Jane Clairmont Godwin, diwarnai permusuhan. Mrs. Godwin terang-terangan lebih menyayangi putrinya, Jane. Pada umur 14 tahun, Mary dikirim ayahnya ke Scotland, untuk memulihkan kesehatannya dan menjauhkannya dari situasi tegang di rumah.

Pada tahun 1812, Mary bertemu penyair Percy Bysshe Shelley yang masih berstatus menikah. Pada bulan Mei 1814, pernikahan Shelley telah menjadi dingin, sedangkan Mary telah menjadi wanita muda yang cerdas dan amat menarik. Dengan cepat terjalin kisah kasih diantara mereka. Shelley menyatakan cintanya di makam ibu Mary. Pada tanggal 10 Desember 1916, istri pertama Shelley, Harriet, ditemukan tenggelam. Pada tanggal 30 Desember, Shelley dan Mary menikah.

Gagasan menulis Frankenstein dimulai pada musim panas 1816, ketika Mary, Shelley dan Claire sedang mengunjungi Lord Byron di Villa Diodati di Danau Jenewa. Buku ini selesai ditulis kurang dari satu tahun. Buku itu beredar setahun kemudian pada tanggal 11 Maret 1818.

Pada 8 Juli 1822, Shelley yang senang berlayar mendadak tenggelam dalam kecelakaan perahu. Keadaan Mary berubah. Dari seorang pengarang yang hampir meraih sukses besar dan istri penyair terkenal, kini ia menjadi janda miskin dengan keluarga yang harus ditunjang. Sisa hidup Mary Shelley selanjutnya menggambarkan perjuangannya sebagai wanita yang tabah dan tegar dalam mengatasi kesulitan keuangan serta berbagai kekecewaan pribadi dalam membesarkan putranya, mengokohkan reputasi almarhum suaminya, serta membangun reputasinya sendiri sebagai pengarang serius. Kisah hidupnya berakhir bahagia. Ia berdamai dengan ayah mertuanya; putranya, Percy, mewarisi seluruh tanah dan gelar Shelley. Mary meninggal pada tanggal 1 Februari 1851.

Leave a Reply