Puisi Diam Menjerit

Diam Menjerit

Karya Ajeng Rivaldo

Kau berlari bagai kilat,

menerjang ketakutan.

Menahan perih terus menjerit

yang tak pernah terhiraukan.

Kau terbang bersama rembulan,

membawa luka yang menyiksaku.

Kau seperti mengadu kepada semua,

tapi tak seorang kan tersentak.

Kesedihan yang selau kutimpa

membuatku terbiasa dengan itu.

Kucoba terus menahan

hingga aku tak sanggup lagi.

 

Unsur intrinsik :

1.      Tema : seseorang yang tidak biasa mengngkapkan isi hatinya “Menahan perih terus menjerit

yang tak pernah terhiraukan.”

 

2.      Suasana : menyedihkan “Kau terbang bersama rembulan,

membawa luka yang menyiksaku.

 

3.      Imaji : dalam puisi ini, pembaca dapat mengimajinasikan tuisan-tulisan yang dibuat si penulis. Contohnya “Kau berlari bagai kilat,

menerjang ketakutan.”

4.      Simbol atau lambang :

a. “Kau berlari bagai kilat,menerjang ketakutan.” Berarti tak ada seorangpun yang sanggup menghentikannya.

b. “Kau terbang bersama rembulan,membawa luka yang menyiksaku.” Berarti seolah-olah pergi membawa luka yang menyikasanya.

 

 

 

Unsur ekstrinsik :

1. keadaan sosial penyair : adalah seorang yang pendapatnya kurang didengarkan oleh orang lain karena ia kurang mencolok di antara temannya

2. keadaan lingkungan penyair : penyair menceritakan permasalahan seorang anak reamaja

3. profesi penyair : seorang remaja yang sekarang sudah SMA

4. kondisi : saat menulis puisi ini penyair merasakan sakit pada hati yang teramat dalam karena kurang diperhatikan

5. peran : peran penyair dalam pembuatan puisinya adalah ingin memberitahukan isi hatinya

 

Makna yang terkandung :

·         Kau berlari bagai kilat, menerjang ketakutan : seolah-olah tidak mempunyai ketakutan, dan terus menghindar dari kenyataan seperti ia tidak akan pernah menghadapi kenyataan tersebut.

·         Menahan perih terus menjerit yang tak pernah terhiraukan : selalu menahan rasa sakit yang dialaminya tanpa terpikir untuk membaginya.

·         Kau terbang bersama rembulan,membawa luka yang menyiksaku. :  pergi tanpa jejak, dengan membawa rasa sakit yang dirasakan nya

 

·         Kau seperti mengadu kepada semua, tapi tak seorang kan tersentak : hanya memendam semua rasa sakit yang ia rasakan

 

·         Kesedihan yang selau kutimpa membuatku terbiasa dengan itu : sekarang karena sudah terbiasa dengan rasa sakit yang hanya ia seorang bisa merasakannya

 

·         Kucoba terus menahan hingga aku tak sanggup lagi : walaupun ia coba untuk terus menahan tapi sekarang ia sudah tidak bisa membendung rasa sakit yang teramat dalam itu.

 

 

 

Leave a Reply